Features
Kreatifnya Petugas Kebersihan Ini, Buat Perahu Angkut Sampah dari Botol Plastik
JAKARTA - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat bahwa ibu kota menghasilkan sekitar 1.900 hingga 2.000 ton sampah plastik setiap hari. Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa DKI Jakarta menghasilkan total 11,25 juta ton sampah selama periode 2019-2022.
Pada tahun 2022, DKI Jakarta menghasilkan sekitar 3,11 juta ton sampah, mengalami peningkatan tipis sebesar 0,97 persen dibandingkan dengan tahun 2021, namun mencapai level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Atas permasalahan sampah plastik yang semakin meningkat, Unit Penanganan Sampah Badan Air (UPSBA) Pos Duren Sawit mengambil inisiatif untuk menciptakan inovasi baru.
Pada awal Maret 2024, UPSBA Pos Duren Sawit mengubah botol plastik bekas yang dikumpulkan menjadi perahu. Ini merupakan inisiatif pertama kali dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI. Inovasi ini bermula dari dorongan Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI, Asep Kuswanto, yang mendorong stafnya untuk menciptakan ide-ide kreatif dalam pengelolaan sampah.
Personel di UPSBA Pos Duren Sawit memilih botol plastik karena jarang dimanfaatkan secara maksimal untuk kegunaan yang dapat bertahan lama. Saat itu, UPSBA Duren Sawit memiliki banyak botol plastik bekas yang tidak terpakai, sehingga mereka mulai mengumpulkannya, mulai dari botol bekas air mineral berukuran 19 liter, 1,5 liter, hingga 650 mililiter (ml).
Saat ini, mereka telah berhasil membuat dua jenis perahu dari botol plastik bekas. Satu perahu telah diwarnai merah dan hijau dengan panjang 4 meter dan lebar 1,75 meter. Sementara satu perahu lagi memiliki ukuran panjang 4 meter dan lebar 2 meter, namun belum dicat.
Kini, rata-rata terkumpul 50 hingga 60 kilogram (kg) botol plastik anorganik per harinya. Untuk membuat satu perahu itu membutuhkan 800 sampai 1.000 botol plastik bekas. Terkait lama pembuatan, biasanya dikerjakan pada waktu senggang, usai mengerjakan tugas pokok. Selama kurang lebih dua pekan, perahu dari botol plastik itu selesai dikerjakan.
Selama mengumpulkan botol plastik, UPSBA Pos Duren Sawit mendapat banyak pasokan sampah saat hujan lantaran terkumpul melalui arus sungai. Selama melakukan pekerjaan menjaring sampah di kali, mereka kerap menemui kesulitan mengambil sampah di tempat tak terjangkau, namun semua bisa teratasi dengan memakai alat yang sudah tersedia.
Uniknya, perahu yang melintas di Kali BKT sepanjang delapan kilometer itu benar-benar keseluruhan dibuat dari botol plastik yang dirakit kemudian disulam memakai benang. Kekuatan dari perahu botol plastik itu tidak perlau diragukan, karena sudah digunakan sekitar dua bulan tidak pernah bocor. Meskipun demikian, saat digunakan, harus melihat situasi yang kondisi sungai, mulai dari menyesuaikan ketinggian air dan kecepatan arus.
Sementara, pegiat Kampanye Polusi dan Perkotaan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abdul Ghofar mengatakan sesuai Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan, perlu didorong untuk mengurangi sampah, terutama plastik dan anorganik, dengan basis gerakan guna ulang atau "reuse".
Perputaran penggunaan ulang sampah sangat penting, seperti tempat makan maupun botol minum bisa dipakai ulang bersamaan dengan digencarkan larangan penggunaan plastik. Selain itu, perlu adanya program pengadaan rumah kompos di setiap lingkungan RT maupun RW, yang diharapkan bisa berkontribusi mengurangi sampah yang dikirimkan ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pilah di rumah
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyosialisasikan program memilah sampah sejak dari rumah dalam sebagai upaya meningkatkan kepedulian warga terhadap lingkungan pada Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati setiap 21 Februari.
Ajakan ini sesuai dengan tema HPSN tahun ini tentang Atasi Sampah Plastik dengan Cara Produktif untuk memajukan upaya daur ulang jenis sampah plastik.
Melalui ajakan ini warga semakin sadar dan peduli sampah, sehingga bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan, yang dimulai dengan mengurangi dan memilah sampah sejak dari rumah. Sampah-sampah anorganik, terutama plastik, harus dikurangi dan sebagai gantinya, masyarakat bisa menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian alam.
Berbicara tentang pemilahan sampah, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan sejumlah upaya, salah satunya melalui program Jakarta Recycle Center (JRC) pada tahun 2020. JRC adalah sistem pengelolaan sampah dengan mengedepankan pemilahan sampah dari sumbernya. Fokus program ini adalah dengan memilah sampah di rumah tangga dan pengangkutan sampah secara terjadwal.
Selain itu, pemerintah juga mengoperasikan tempat pengolahan sampah (TPS) berkonsep kurangi, pakai kembali, dan daur ulang atau reduce, reuse, recycle (TPS 3R) di sejumlah lokasi, guna membantu memisahkan sampah organik dan anorganik. Sampah organik nantinya bisa dijadikan kompos, sementara sampah anorganik bisa dibawa ke bank sampah, sehingga mengurangi beban sampah yang masuk ke tempat pembuangan sampah akhir.
Salah satu infrastruktur yang belum lama ini diresmikan adalah TPS 3R di Jalan Siaga Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Jumat (16/2/2024). Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan komitmennya untuk terus mengajak masyarakat mengelola dan memilah sampah dari rumah. Dengan hadirnya negara secara maksimal, didukung oleh kepdulian masyarakat, maka ke depan, masalah sampah ini akan tertangani secara menyeluruh. (ant)