Pilkada 2024

FTA Ajak Rakyat ”Penggal” Dinasti Politik di Pilkada Serentak 2024

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
30 Juni 2024 09:30
FTA Ajak Rakyat ”Penggal” Dinasti Politik di Pilkada Serentak 2024

JAKARTA - Forum Tanah Air (FTA) menegaskan pilkada serentak 2024 sudah di depan mata. Calon-calon kepala daerah dari tingkat provinsi sampai kabupaten atau kota akan sibuk mencuri hati rakyat agar memperoleh suara, tidak peduli apa pun caranya.

Ketua Umum FTA Tata Kesantra, mengatakan sebagian masyarakat atau pemilih memberikan suaranya. Masyarakat tentu berharap setelah terpilih kepala daerah tersebut akan memperjuangkan kepentingan rakyat melalui penyelenggaraan dan pelayanan pemerintahan yang berpihak kepada rakyat secara maksimal. ”Tapi sebagian lainnya tidak begitu peduli dengan sosok bahkan program calon pemimpin. Bagi mereka pemberian berupa bansos, serangan fajar atau lainnya lebih penting dari pada semua rencana-rencana kerja sang kandidat untuk mendapatkan suara mereka,” ungkap Tata Kesantra.  

Menurut Tata Kesantra, inilah kenyataan yang harus dilalui dalam kontestasi politik di tanah air. Sehingga wajar bila pragmatisme sangat tinggi, tidak saja di antara para calon pemimpin tapi juga di kalangan pemilih. Namun hal tersebut bukan menjadi alasan untuk berdiam diri dan membiarkan semua anomali politik berlangsung.

”Sampai kapan kita bisa menerima keadaan ini sebagai suatu kenyataan dalam kehidupan berpolitik,” cetus Tata. Untuk itulah menurut Tata,  FTA mengingatkan kepada masyarakat untuk lebih selektif dalam memberikan suaranya terhadap para calon-calon kepala daerah dalam pilkada serentak yang akan berlangsung beberapa saat lagi. Rekam jejak para calon harus di pertimbangkan sebelum memutuskan pilihan, karena suara yang diberikan akan berpengaruh dalam situasi dan kondisi kehidupan rakyat selama lima tahun ke depan.

”Sudah saatnya rakyat menjadi pemilih cerdas dan tidak buta politik. Rakyat harus belajar dari pengalaman buruk dalam setiap kontestasi pemilu selama ini. Rakyat lebih sering tertipu oleh janji-janji calon pemimpin melalui taktik politik tanpa realisasi,” ujar Tata.  

Dikatakan, rakyat sering terbuai dengan tebar pesona para kandidat yang menjanjikan kehidupan bermasyarakat yang serba ideal dan berujung pada kekecewaan karena ternyata itu hanyalah isapan jempol belaka. Bagaimana bisa mendapatkan calon pemimpin yang baik bila sejak awal pencalonan untuk mendapatkan partai pendukung saja sudah sangat transaksional, kemudian untuk biaya kampanye dan membeli suara rakyat membutuhkan dana yang besar.

Semua dihitung sebagai investasi yang tentunya akan diharapkan pengembaliannya, return on investment (ROI). Pada saat berkuasa tentu menjadi bagian dari prioritas sang pemimpin untuk menjamin ROI tersebut, selain upaya bagaimana agar tetap bisa berkuasa.

Untuk menghadapi berbagai hal tersebut, berikut beberapa catatan yang perlu menjadi

perhatian para pemilih:

● Jangan biarkan dinasti politik terjadi di daerah. Negara kita adalah negara

Demokrasi, bukan monarki. Dari daerahlah diharapkan menjadi fondasi utama dalam menggerakkan ekonomi nasional.

● Jangan pilih calon pemimpin yang punya rekam jejak dan pernah terkait

korupsi, kolusi & nepotisme (KKN). Ini syarat mutlak pemerintahan yang

bersih dan bertanggung jawab.

● Jangan gadaikan suara demi rupiah karena pemberian “serangan fajar” dari

calon kepala daerah, itu sangat merugikan kehidupan rakyat. Beberapa rupiah

yang diberikan hanya bisa digunakan untuk sesaat, tapi dampak kerugian yang

ditimbulkan akan dirasakan selama mereka menjabat.

● Pilih calon pemimpin yang punya rekam jejak positif, memiliki ide dan gagasan

yang baik untuk membangun dan menyejahterakan rakyat daerahnya.

 

”Anda sendiri memiliki pilihan untuk membentuk masa depan Anda dan masyarakat

Di sekitar Anda, segala yang terjadi dalam hidup ini adalah hasil dari pilihan yang Anda

Buat,” tegas Tata. (dan)


Berita Lainnya