Opini

Dampak Negatif Merosotnya Kelas Menengah di Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan?

Oleh: Musni Umar, Sosiolog

Musni Umar — Satu Indonesia
09 September 2024 12:14
Dampak Negatif  Merosotnya Kelas Menengah di Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan?
Musni Umar

JAKARTA - Indonesia masih menghadapi banyak masalah. Salah satu  masalah yang dihadapi ialah merosotnya jumlah kelas menengah.  Kelas menengah merupakan  pilar ekonomi dan politik dalam suatu bangsa.

Setidaknya ada lima manfaat kelas menengah menjadi besar dan kuat. Pertama, dapat menjadi penggerak utama (prime mover) perekonomian nasional. Kedua, dapat menjadi pendorong meningkatnya daya beli (purchasing power) masyarakat.

Ketiga, kelas menengah bisa berperan mengurangi kesenjangan ekonomi antara kelompok yang kaya dengan yang miskin. Keempat, kelas menengah dapat berperan dalam membuka lapangan kerja. Kelima, kelas menengah dapat berperan dalam mengurangi kemiskinan.

Dampak Negatif  

Salah satu indikator kesuksesan pembangunan di semua negara di dunia, tumbuhnya kelas (middle class).

Di Indonesia dalam   beberapa tahun terakhir bukannya semakin meningkat jumlah kelas menengah, malah mengalami penurunan jumlah kelas menengah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah kelas menengah menurun drastis sebanyak 9,48 juta selama lima tahun terakhir.  Sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah 'turun kasta' ke kelas  kelompok rentan miskin (CNBC Indonesia, Sabtu, 31/08/2024 09:15 WIB).

Dampak negatif turunnya kelas menengah ke kelas  rentan miskin dan miskin, memiliki dampak negatif dalam bidang sosial politik dan ekonomi.

Pertama, dalam bidang sosial, turunnya kelas menengah akan menambah jumlah orang miskin di Indonesia. Kedua, turunnya kelas menengah, semakin banyak persoalan sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mulai dari tingginya perceraian dalam keluarga, maraknya kriminalitas, jual beli narkoba, judi online, pinjaman online (pinjol), dan sebagainya.

Ketiga, dalam bidang politik, dampak negatif turunnya kelas menengah, semakin sulit membangun demokrasi, karena tidak ada demokrasi di kalangan orang miskin. Itu sebabnya dalam pemilihan serentak yaitu pemilihan presiden-wakil presiden) dan pemilihan anggota legislatif yaitu pemilihan anggota DPR RI, DPD RI, dan anggota DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota, tidak mungkin dipilih jika tidak melakukan politik uang (money politic).

Keempat, dalam bidang ekonomi, dampak negatif turunnya kelas menengah, menyebabkan daya beli masyarakat turun. Dampak lanjutannya ekonomi menjadi lesu, yang dibuktikan dengan terjadinya deflasi berturut-turut selama. empat kali pada 2024.

Oleh karena itu, turunnya jumlah kelas menengah secara signifikan bisa disebut sebagai "alarm peringatan" kepada pemerintah dan bangsa Indonesia, sebab kelas menengah menjadi faktor penting sebagai penggerak ekonomi Indonesia yang jumlahnya mencakup 66,6 persen.

 Apabila kelas menengah semakin merosot jumlahnya, maka akan berdampak negatif terhadap keuangan bahkan berpotensi menimbulkan masalah sosial yang serius. Untuk mengatasi turunnya kelas menengah di Indonesia, pemerintah, dunia usaha dan seluruh kekuatan bangsa dan negara, harus duduk bareng dan berkolaborasi mencari jalan keluar agar kelas menengah bangkit kembali. Dengan naik kelas kembali, diharapkan terbentuk ekonomi Indonesia bagaikan belah ketupat yang besar di tengah, diisi para pengusaha menengah, kaum cerdik pandai dan kalangan profesional. (*)


Berita Lainnya