JAKARTA - Ketua Departemen Hubungan Internasional Center for Strategic and International Studies (CSIS) Lina Alexandra, mengungkapkan kekecewaannya karena tidak ada pasangan capres-cawapres yang membahas tantangan persaingan kekuatan superpower dunia yang harus dihadapi oleh Indonesia.

Dalam acara “Media Briefing: Menanggapi Debat Ketiga Capres-Cawapres dan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM)” yang diselenggarakan oleh CSIS di Jakarta, Lina mengkritik kurangnya pembahasan mengenai kebijakan luar negeri yang akan diambil untuk mengantisipasi dampak dari rivalitas kekuatan besar dunia.

Meskipun ada pasangan capres-cawapres yang menyebutkan pentingnya bebas aktif dan akan meredefinisi arti bebas aktif, Lina menganggap konteksnya masih belum jelas. Menurutnya, doktrin kebijakan bebas aktif menjadi relevan karena meningkatnya rivalitas antara kekuatan besar dunia.

Lina juga menyoroti kurangnya perbincangan tentang pembenahan instrumen diplomasi Indonesia dalam debat capres. Hal ini mencakup apakah struktur Kementerian Luar Negeri dan sebaran perwakilan Indonesia di luar negeri, seperti KBRI dan konsulat, sudah efektif dalam mendukung upaya diplomasi Indonesia.

Selain itu, isu-isu penting seperti peran perempuan dalam diplomasi dan alokasi pembiayaan untuk pengembangan sumber daya manusia yang mendukung diplomasi Indonesia tidak disentuh oleh pasangan capres manapun dalam debat capres tersebut. (ant)