Kesehatan

Waspadalah! Gejala Hepatitis Anak Tak Selalu Mata Kuning  

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
03 Juli 2024 12:30
Waspadalah! Gejala Hepatitis Anak Tak Selalu Mata Kuning  
Dokter Puskesmas Kecamatan Lohbener memeriksa kesehatan sejumlah anak dalam rangka pencegahan penyakit hepatitis akut di Desa Pamayahan, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (14/5/2022).

JAKARTA - Anggota UKK Gastrohepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Rachmat Ade Yudiyanto, M.Ked(Ped), Sp.A(K), menyatakan orang tua harus waspada terhadap gejala awal hepatitis pada anak agar dapat mencegah dampak kronis dan efek jangka panjang.

Dr. Rachmat menjelaskan gejala hepatitis pada anak tidak selalu langsung ditandai dengan mata kuning, tetapi sering dimulai dengan gejala yang mirip flu atau flu-like syndrome. "Gejala awal hepatitis tidak langsung menyebabkan mata anak menjadi kuning. Untuk hepatitis yang disebabkan oleh infeksi seperti hepatitis A, B, dan C, gejala awalnya justru mirip dengan gejala flu seperti demam, mual, dan muntah. Ini seringkali membuat orang tua tidak menyadari bahwa anaknya perlu diperiksakan," ujar dr. Rachmat dalam diskusi daring yang diselenggarakan IDAI, Selasa.

Gejala seperti flu ini, menurut dr. Rachmat, dapat berlangsung selama lima hari sebagai fase awal inkubasi virus. Pada fase ini, orang tua harus segera memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Gejala perubahan warna kulit atau mata menjadi kuning menandakan penyakit hepatitis telah memasuki fase lanjutan. Pada fase ini, perubahan warna urine menjadi cokelat pekat seperti teh dan feses menjadi pucat juga perlu diwaspadai.

Perubahan warna urine dan feses terjadi karena gangguan pada saluran empedu atau kolestasis. Orang tua harus segera menghubungi tenaga medis jika melihat perubahan warna tersebut pada anak. Untuk menegakkan diagnosis hepatitis, dokter akan melakukan pengecekan darah untuk memeriksa enzim SGPT (Serum Glutamate Pyruvate Transaminase). SGPT normal pada orang sehat berkisar antara 7-56 unit mikro per liter. Jika hasilnya melebihi batas tersebut, ada kemungkinan besar pasien menderita hepatitis.

Jika tidak ditangani dengan baik, hepatitis dapat menyebabkan sirosis hati atau gagal hati yang tidak dapat disembuhkan. Hepatitis bisa disebabkan oleh infeksi virus (hepatitis A, B, C) atau non-infeksi (obat-obatan atau racun). Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 oleh Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi hepatitis di Indonesia mencapai 0,12 persen. Penyakit ini dapat dicegah dengan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) atau melalui vaksinasi.

Di Indonesia, vaksinasi hepatitis B tersedia secara gratis untuk anak-anak, sedangkan vaksin hepatitis A tersedia dengan biaya di klinik kesehatan. (ant)
 
 


Berita Lainnya