Kesehatan

Waspadai Pemanis Buatan Picu Diabetes Tipe 2 pada Anak

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
20 Juli 2024 11:00
Waspadai Pemanis Buatan Picu Diabetes Tipe 2 pada Anak
Petugas kesehatan memeriksa kadar gula darah pada pasien.

JAKARTA - Diabetes mellitus, kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah secara terus-menerus, juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja. Ada dua jenis diabetes yang paling umum: diabetes tipe 1, yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh, dan diabetes tipe 2, yang lebih banyak berhubungan dengan gaya hidup.

"Pada anak-anak, diabetes tipe 1 terjadi meskipun mereka tidak banyak mengonsumsi pemanis buatan atau karbohidrat, karena mereka tidak bisa memetabolisme karbohidrat dan memerlukan suntikan insulin," kata Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso Sp.A(K).

Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas sehingga produksi insulin menjadi rendah atau bahkan tidak ada. Tanpa insulin, glukosa terakumulasi dalam aliran darah, dan tubuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk menghasilkan energi. Diabetes tipe 2 terjadi ketika sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin, kondisi yang disebut resistensi insulin. Akibatnya, glukosa menumpuk di dalam darah. Pankreas merespons dengan membuat insulin ekstra, namun seiring waktu, pankreas menjadi kelelahan.

"Pada diabetes tipe 2, salah satu faktor utamanya adalah konsumsi minuman dengan pemanis buatan, terutama high fructose syrup yang banyak digunakan dalam minuman ringan," kata dokter Piprim, yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Ia menambahkan kebiasaan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti makanan olahan juga dapat menyebabkan hiperglikemia (kadar gula darah tinggi).

Dokter Piprim menjelaskan bahwa diabetes tipe 2, yang lebih banyak terjadi akibat pola hidup tidak sehat, masih bisa diperbaiki sesuai dengan derajat keparahannya. Pada fase awal, diabetes tipe 2 bisa dikontrol dengan memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat.

"Olahraga, mengatur pola makan, dan jika sudah remaja bisa dengan intermittent fasting. Intinya, gaya hidup sehat bisa membalikkan diabetes di tahap awal," katanya. Ia mengatakan anak yang mengalami diabetes tipe 1 umumnya cenderung kurus, sedangkan anak yang menderita diabetes tipe 2 biasanya gemuk atau obesitas.

"Hampir 80 persen anak-anak dengan diabetes tipe 2 adalah obesitas," katanya. Dokter Piprim menjelaskan ada pemeriksaan untuk mengetahui tingkat produksi insulin yang bisa dilakukan untuk mengecek status diabetes pada anak. "Ada pemeriksaan C-peptide untuk memeriksa apakah insulinnya masih diproduksi atau tidak. Jadi, jika anak dengan diabetes C-peptide negatif dan insulin negatif, berarti tipe 1. Jika C-peptide masih positif dan insulinnya masih ada, berarti tipe 2," ia menjelaskan.

Dokter Piprim mengatakan anak yang didiagnosis mengalami diabetes harus segera mendapat penanganan medis yang tepat. Anak dengan diabetes tipe 1 perlu mendapat terapi insulin, dan dokter akan mengajarkan cara pemberian obat suntik dan dosisnya. Anak dengan diabetes tipe 2 tidak memerlukan injeksi insulin, tetapi harus menjalani perubahan gaya hidup drastis agar kondisinya tidak menjadi kronis dan menimbulkan berbagai komplikasi. Dokter menyarankan pengaturan pola makan dan olahraga untuk mengontrol kondisi diabetes tipe 2 pada anak maupun remaja. (ant)


Berita Lainnya