Kesehatan

Wahai Perokok, Cegah Kanker Paru Sejak Dini dengan Metode LDCT

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
07 Juli 2024 10:30
Wahai Perokok, Cegah Kanker Paru Sejak Dini dengan Metode LDCT
dr. Sita Andarini, Ph.D., Sp.P (K), dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks dari RS MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta

JAKARTA - Kanker paru-paru dapat dicegah sejak dini melalui pemeriksaan Low Dose CT scan Thorax (LDCT), terutama bagi individu dengan faktor risiko tinggi.

LDCT adalah metode skrining kanker paru yang efektif dan direkomendasikan oleh CDC (Centers for Disease Control and Prevention) serta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dokter spesialis paru konsultan onkologi toraks dari RS MRCCC Siloam Semanggi, dr. Sita Andarini, Ph.D., Sp.P (K), menjelaskan bahwa LDCT memberikan dosis radiasi yang lebih kecil sehingga aman digunakan untuk orang dengan risiko tinggi terkena kanker paru.

"Low Dose CT scan Thorax memberikan dosis radiasi 1/7 dari CT scan biasa, tanpa kontras, dan hanya memerlukan waktu tiga sampai lima menit untuk pemeriksaannya, sehingga metode ini aman untuk orang dengan risiko tinggi terkena kanker paru," ujar dr. Sita dalam siaran pers pada Jumat.

Ia menjelaskan pencegahan kanker paru dapat dilakukan dengan mengadopsi gaya hidup sehat dan menghindari faktor risiko. Namun, deteksi dini juga penting, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi, seperti perokok, orang yang terpapar asap rokok termasuk rokok elektrik, pekerja dengan paparan silika/asbes, orang dengan riwayat fibrosis paru, serta mereka yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga.

Langkah diagnosis dan penerapan LDCT

1. Anamnesis

Menurut dr Sita Andarini, anamnesis merupakan tahap awal dalam proses diagnosis penyakit. Pada tahap ini, dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi tentang faktor risiko, riwayat kesehatan, gejala yang dialami, dan faktor risiko yang mungkin terkait dengan kanker paru.

Gejala seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, penurunan berat badan, dan riwayat merokok, riwayat pajanan dan riwayat kanker akan menjadi fokus utama.

Anamnesis yang teliti membantu dokter memahami kondisi pasien secara holistik dan memandu langkah selanjutnya dalam proses diagnosis dan pengobatan.

2. Skrining melalui LDCT

Low Dose CT scan Thorax (LDCT) merupakan salah satu metode skrining yang efektif untuk mendeteksi kanker paru pada tahap awal. Metode ini menggunakan sinar-X dalam dosis radiasi rendah untuk menghasilkan gambaran detail paru, termasuk struktur dan tekstur jaringan paru.

Dibandingkan dengan rontgen toraks konvensional, Low Dose CT scan Thorax memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dalam mendeteksi kanker paru pada tahap awal, bahkan ketika tumor masih dalam bentuk lesi kecil yang sulit terlihat dengan metode lain.

Selama prosedur, pasien akan diminta untuk berbaring di atas meja CT scan dan mesin akan mengambil serangkaian gambar detail paru dari berbagai sudut.

3. Patologi anatomi dan biopsi

Setelah anamnesis dan pemeriksaan LDCT, langkah selanjutnya adalah menentukan lesi yang didapat dari LDCT. Pemeriksaan itu dapat berupa biopsi (atau prosedur untuk mengambil sampel jaringan) guna mendapatkan sediaan yang diperlukan dalam pemeriksaan patologi anatomi.

Dalam biopsi, ada beberapa metode yang dapat digunakan, seperti biopsi jarum halus (transthoracic core biopsy), bronkoskopi, atau biopsi terbuka (thoracotomy). Sampel jaringan yang diambil akan dianalisis di laboratorium patologi untuk menentukan diagnosis yang akurat, termasuk mengetahui tipe kanker dan analisis molekuler kanker paru untuk menentukan terapi yang sesuai, atau personalized molecular therapy.

Manfaat dan risiko LDCT

Manfaat utama LDCT adalah kemampuannya untuk mendeteksi kanker paru pada tahap awal. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk dilakukannya intervensi dan pengobatan yang lebih efektif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan peluang kesembuhan bagi pasien. Selain itu, LDCT dapat digunakan untuk deteksi penyakit paru-obstruktif kronis (PPOK), emboli paru, dan pneumonia.

Kendati demikian, masih ada risiko terkait dengan penggunaan radiasi. Dosis radiasi LDCT memang lebih rendah dibandingkan CT scan konvensional, namun ada kemungkinan paparan radiasi yang dapat meningkatkan risiko kanker di kemudian hari. Namun, manfaat deteksi dini kanker paru umumnya dianggap lebih besar daripada risiko ini, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker paru.

Seluruh langkah diagnosis dan terapi ini bisa didapatkan di Indonesia sesuai dengan panduan internasional dan Kementerian Kesehatan Indonesia. Grup RS Siloam melalui RS Siloam MRCCC Semanggi telah mengadopsi metode Low Dose CT scan Thorax sebagai bagian dari program skrining kanker paru. Saat ini, MRCCC telah dilengkapi peralatan medis canggih yang memungkinkan untuk dilakukannya Low Dose CT scan Thorax dengan akurasi tinggi.

Selain itu, tim radiologis yang terlatih secara khusus telah disiapkan untuk membaca hasil Low Dose CT scan Thorax dan memberikan diagnosis yang tepat kepada pasien. Dengan metode skrining kanker paru seperti LDCT, diharapkan ada peningkatan dalam deteksi dini kanker paru dan peluang penyembuhan yang lebih baik. (ant) 

 


Berita Lainnya