Gaya Hidup

Tahukah Anda, Kualitas Udara yang Baik Dapat Kurangi Angka Bunuh Diri

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
02 Maret 2024 13:30
Tahukah Anda, Kualitas Udara yang Baik Dapat Kurangi Angka Bunuh Diri
Ilustrasi kasus bunuh diri, Selasa (23/1/2024).

JAKARTA - Sebuah studi baru-baru ini menemukan angka bunuh diri meningkat secara signifikan ketika polusi udara memburuk, dengan dampak yang sangat kuat terhadap kelompok lansia. Hal ini dikutip dari laman Medical Daily.

Menurut laporan tersebut, perempuan memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi untuk memiliki keinginan bunuh diri dibandingkan kelompok lainnya. Medical Daily melaporkan pada Jumat bahwa selain menemukan dampak polusi udara terhadap lansia dan perempuan, para peneliti dari India dan Amerika juga menemukan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Tiongkok untuk mengurangi polusi udara berhasil mencegah 46.000 kematian akibat bunuh diri selama lima tahun terakhir.

Terdapat hubungan yang jelas antara polusi udara, masalah kesehatan fisik, dan peningkatan risiko berbagai kondisi termasuk asma, penyakit kardiovaskular, dan kanker paru-paru. Namun, menurut Tamma Carleton, salah satu penulis utama studi tersebut, faktor lingkungan ini juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental.

“Kita sering menganggap bunuh diri dan kesehatan mental sebagai masalah yang harus dipahami dan diselesaikan pada tingkat individu. Hasil ini menunjukkan pentingnya peran kebijakan publik, kebijakan lingkungan, dalam memitigasi krisis kesehatan mental dan bunuh diri di luar intervensi pada tingkat individu,” kata Carleton.

Sebelumnya, ia telah mempelajari dampak suhu terhadap tingkat bunuh diri di India dan mengamati korelasi di mana peningkatan suhu menyebabkan peningkatan tingkat bunuh diri.

Ketika ia dan rekan penulis utama Peng Zhang melihat penurunan angka bunuh diri yang lebih cepat di Tiongkok dibandingkan dengan rata-rata global, mereka memutuskan untuk mengeksplorasi hubungan antara upaya negara tersebut dalam memerangi polusi udara dan penurunan angka bunuh diri yang diamati baru-baru ini.

Para peneliti kemudian mengumpulkan data demografi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok antara tahun 2013 dan 2017, serta data meteorologi dari Pusat Layanan Data Meteorologi Tiongkok.

Meskipun menghadapi tantangan dalam memisahkan dampak polusi terhadap tingkat bunuh diri dari faktor-faktor lain yang berkorelasi seperti aktivitas ekonomi, pola perjalanan, dan hasil industri, para peneliti berhasil memanfaatkan kondisi atmosfer yang disebut inversi. Dalam kondisi ini, udara hangat memerangkap lapisan udara dingin di bawahnya, memusatkan polusi udara di dekat permukaan, sehingga menghasilkan hari-hari dengan tingkat polusi yang lebih tinggi yang tidak berkorelasi dengan aktivitas manusia.

Dengan memisahkan tingkat polusi dari aktivitas manusia, yang secara inheren mempengaruhi perilaku manusia, para peneliti dapat menentukan dampak kausal antara polusi udara dan tingkat bunuh diri.

Analisis mereka menunjukkan dampak polusi sangat terasa di kalangan lansia, di mana perempuan lanjut usia memiliki risiko 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.

Para peneliti tidak yakin mengapa perempuan lanjut usia sangat rentan terhadap dampak polusi terhadap kesehatan mental, namun faktor budaya mungkin memainkan peran.

“Sejumlah besar kasus bunuh diri di kalangan perempuan di Tiongkok dikaitkan dengan krisis akut, dan jika polusi berdampak langsung pada kesehatan mental, maka hal tersebut dapat berdampak besar pada perempuan lanjut usia,” kata para peneliti.

“Fenomena ini nampaknya terjadi secara relatif cepat. Angka ini meningkat dalam minggu pertama setelah paparan, dan kemudian menurun secara tiba-tiba ketika kondisi membaik. Hal ini menunjukkan bahwa polusi mungkin memiliki efek neurologis langsung, dibandingkan menciptakan masalah kesehatan kronis yang mendorong angka bunuh diri meningkat. Memang benar, ada semakin banyak bukti bahwa polusi partikulat mempengaruhi neurokimia,” tambah mereka.

Selain polusi udara, beberapa faktor lingkungan lainnya juga dapat mempengaruhi tingkat bunuh diri. Pemanasan udara selama tiga puluh tahun di India, misalnya, menyebabkan dampak bunuh diri yang sama besarnya dengan pengendalian polusi udara selama lima tahun di Tiongkok.

“Kebijakan publik mengenai polusi udara sesuatu yang tidak dapat anda kendalikan, apa yang ada di luar jendela anda mempengaruhi kemungkinan anda bunuh diri dan menurut saya hal ini memberikan sudut pandang yang berbeda pada solusi yang harus kita pikirkan. Penting bagi kita untuk memikirkan hal ini. pejabat kesehatan masyarakat juga mengetahui hal ini ketika iklim kita semakin panas dan polusi meningkat hal ini terjadi di banyak negara berkembang,” kata Carleton. (ant)

 


Berita Lainnya