Kesehatan

Pentingnya Dukungan Psikologis Orang Tua Pasien Kanker Anak

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
14 Juli 2024 10:30
Pentingnya Dukungan Psikologis Orang Tua Pasien Kanker Anak
Dokter spesialis kesehatan jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja dari Rumah Sakit Universitas Indonesia dr. Fransiska M. Kaligis Sp.KJ (K) dalam acara Peran Dukungan Suportif Pada Kanker Anak di Jakarta.

JAKARTA - Dokter spesialis kesehatan jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja dari RSUI, dr. Fransiska M. Kaligis, Sp.KJ (K), menyatakan diagnosis kanker pada anak seringkali berdampak pada orang tua dan memerlukan dukungan psikologis untuk mendampingi anak.

“Peran orang tua dalam menangani anak dengan kanker memerlukan dukungan medis dan psikologis. Kita sebagai orang tua juga penting sebagai dukungan emosional bagi anak,” ujar Fransiska dalam acara Peran Dukungan Suportif Pada Kanker Anak di Jakarta.

Fransiska menjelaskan kehadiran orang tua sangat dibutuhkan oleh anak yang sedang menjalani pengobatan kanker. Orang tua dapat menjadi penguat bagi anak sehingga anak tidak mudah stres dan dapat berpikiran positif terhadap situasi yang dihadapinya. Orang tua juga perlu memberikan ketenangan, informasi, dan validasi emosi anak, sehingga anak dapat menjalani pengobatan dengan lebih tenang.

Namun, orang tua yang mendapati diagnosis kanker pada anak juga mengalami dampak psikologis yang berat. Mereka seringkali mengalami shock dan penolakan terhadap berita tersebut, yang merupakan respons natural manusia ketika menerima kabar buruk.

Orang tua juga harus melewati fase penolakan atau denial, marah, hingga putus asa sebelum bisa menerima keadaan. Proses ini memerlukan waktu yang tidak sebentar dan tidak mudah. Dampak psikologis ini seringkali berimbas pada sistem keluarga yang berubah, membuat orang tua bisa mengalami stres, depresi, dan merasa bersalah karena merasa belum bisa memberikan yang terbaik bagi anaknya. Orang tua seringkali disebut sebagai ‘pasien terselubung’ di balik anak yang terkena kanker.

“Orang tua bisa mengalami stres dan cemas, bahkan depresi. Mereka juga sering merasa bersalah dan merasa belum bisa memberikan yang terbaik. Tanggung jawab perawatan juga dapat menyebabkan kelelahan fisik dan gangguan psikologis karena kurang tidur, mood yang tidak stabil, serta terganggunya pekerjaan,” kata Fransiska.

Untuk menghindari stres dan depresi, Fransiska menyarankan pemenuhan kebutuhan psikososial orang tua. Salah satunya adalah kebutuhan informasi, seperti mengikuti kegiatan komunitas agar mendapatkan informasi terkait penyakit anak. Kebutuhan emosional orang tua juga perlu diatasi dengan saling berbagi dan mendukung.

Selain itu, kebutuhan finansial yang seringkali memengaruhi kondisi keuangan juga perlu disiasati dengan opsi seperti asuransi yang meringankan beban pengobatan anak. Orang tua juga perlu mengatur kebutuhan fisik, seperti masalah rumah tangga yang bisa dilakukan bergantian dengan anggota keluarga lain, agar tidak mengalami kelelahan fisik dan dapat beristirahat.

Kebutuhan spiritual juga penting agar orang tua merasa lebih tenang dan dapat melewati fase psikologis serta menerima keadaan. Dukungan untuk memenuhi kebutuhan psikososial ini bisa datang dari dokter, sesama pasien, atau sesama orang tua.

“Bantuan psikososial berupa perhatian, motivasi, informasi, dan interaksi dapat meningkatkan kualitas hidup kita. Jika kita saling mendukung dan memberikan rasa positif satu sama lain, itu juga merupakan dukungan psikososial,” tambahnya.

Untuk menghindari stres, Fransiska menyarankan agar orang tua tidak terlalu mendengarkan suara negatif dari orang lain dan fokus pada dukungan positif dari orang terdekat. Konsultasikan dengan dokter terkait hal-hal yang dianggap mitos di masyarakat agar mendapatkan informasi yang benar dan dapat menjalani pengobatan sesuai anjuran dokter. (ant)
 
 


Berita Lainnya