Sepakbola

Pemain Inggris Ungkap Kekalahan Timnya karena Tak Berani Serang Spanyol

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
15 Juli 2024 19:00
Pemain Inggris Ungkap Kekalahan Timnya karena Tak Berani Serang Spanyol
Striker timnas Inggris Ollie Watkins bertarung dengan dua bek tengah Spanyol, Aymeric Laporte dan Nacho, dalam pertandingan final Euro 2024 antara Spanyol dan Inggris di Stadion Olimpiade, Berlin, pada 14 Juli 2024.

JAKARTA - Tiga mantan bintang timnas Inggris dan Liga Inggris, Gary Lineker, Rio Ferdinand, dan Chris Sutton, menilai tim nasional Inggris kurang berani dalam pertandingan melawan Spanyol, sehingga kalah 1-2 di final Euro 2024 di Berlin, Senin dini hari.

"Sangat memilukan Inggris kalah, tapi dalam beberapa hal ini adalah kemenangan untuk sepak bola menyerang," kata Lineker seperti dilaporkan BBC dalam lamannya pada Senin. Rio Ferdinand berpendapat pemain-pemain Inggris tidak menunjukkan keberanian yang biasanya mereka perlihatkan saat bermain di level klub, selama Piala Eropa 2024 di Jerman ini.

"Pemain-pemain ini sudah memenangkan segalanya bersama klub-klub mereka, mereka juga berkualitas, serta tampil berani dalam momen-momen besar," kata Ferdinand. "Mereka berani, mereka mau mengambil risiko, mereka mendapatkan peluang. Mereka tidak menunggu bergerak dari belakang, mereka mengambil kesempatan ketika laga berjalan seimbang dan dalam situasi sangat sulit sekalipun," sambung mantan bek tengah Manchester United itu.

Ferdinand tidak melihat kebiasaan-kebiasaan tersebut selama Euro 2024. Sebaliknya, ia menilai tim asuhan Gareth Southgate justru bermain terlalu konservatif, sering kali menunggu bola. "Inggris malam ini tidak terlalu berani," tambah Chris Sutton, yang kini menjadi salah satu komentator BBC.

Sutton justru memuji Spanyol yang dianggapnya layak menjadi juara dan menyatakan bahwa ini adalah kabar baik bagi dunia sepak bola bahwa tim yang bermain menyerang berhasil menjadi juara. "Spanyol memperagakan permainan yang indah, sementara Inggris tidak. Spanyol bermain sebagai tim, sedangkan Inggris malah terpecah-pecah," pungkas Sutton. (ant)
 
 


Berita Lainnya