Kesehatan

Naudzubillah Min Dzalik, Segini Parahnya Dampak Buka Puasa Pakai Asap Rokok

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
19 Maret 2024 18:30
Naudzubillah Min Dzalik, Segini Parahnya Dampak Buka Puasa Pakai Asap Rokok
Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Tjandra Yoga Aditama.

JAKARTA - Pakar kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan masyarakat untuk tidak berbuka puasa dengan rokok, mengingat kondisi tubuh yang relatif lemah setelah berpuasa seharian, serta dampak buruknya bagi kesehatan.

“Setelah berpuasa seharian, tubuh kita tentu relatif agak lemah. Jadi, sangat tidak baik jika keadaan itu diperparah dengan merokok saat berbuka puasa,” kata Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu saat dihubungi di Jakarta, Selasa. Oleh karena itu, Tjandra menganjurkan agar masyarakat berbuka puasa dengan menyantap hidangan manis seperti kurma, kemudian makanan sehat dan bergizi, dan menghindari merokok.

Dia menyarankan puasa Ramadan dapat menjadi momentum bagi seseorang untuk hidup tanpa rokok. Selama berpuasa, lanjut Tjandra, seseorang dapat beraktivitas dari pagi hingga sore hari tanpa merokok, yang bisa diteruskan hingga malam hari, sehingga akhirnya berhenti merokok.

“Artinya, puasa Ramadan ini dapat menjadi momentum untuk hidup sehat tanpa rokok. Karena rokok merusak kesehatan, maka ini juga momentum untuk menjauhi kebiasaan buruk yang merugikan kesehatan,” kata Tjandra yang juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI.

Ia juga mengakui, sesuai dengan informasi dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta melalui media sosial, bahwa saat nikotin yang terkandung dalam rokok masuk ke dalam tubuh dan perut dalam keadaan kosong, risiko seseorang terkena kanker paru-paru menjadi lebih besar. Nikotin dapat terendap dalam tubuh hingga delapan jam. Pada tubuh seseorang yang sering merokok, semakin banyak endapan nikotin dalam tubuhnya, yang berdampak pada risiko terkena penyakit jantung.

Selain itu, seseorang yang langsung merokok setelah berbuka puasa juga rentan mengalami kelelahan, mual dan muntah, serta penurunan fungsi jantung dan otot akibat sel-sel tubuh kekurangan oksigen. Merokok juga dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru kronis, kerusakan gigi dan bau mulut, stroke dan serangan jantung, kerapuhan tulang, gangguan pada mata seperti katarak, risiko kanker leher rahim dan keguguran pada wanita, serta kerontokan rambut.

Peningkatan Jumlah Perokok

Sementara itu, Kementerian Kesehatan melalui hasil survei global penggunaan tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobacco Survey-GATS) yang dilaksanakan tahun 2011 dan diulang pada tahun 2021 menyatakan terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa aktif dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sebanyak 8,8 juta orang.

Berdasarkan survei yang melibatkan 9.156 responden, diketahui jumlah perokok aktif tahun 2011 sebanyak 60,3 juta orang, dan tahun 2021 meningkat menjadi 69,1 juta perokok. Hasil survei GATS juga menunjukkan adanya kenaikan prevalensi perokok elektronik hingga 10 kali lipat, dari 0,3 persen (2011) menjadi 3 persen (2021). (ant)
 
 
 
 
 


Berita Lainnya