Kesehatan
Kenali Penyakit Arteri Perifer, Periksa dengan USG
JAKARTA - Dokter spesialis bedah vaskular dan endovaskular dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr. Ihza Fachriza Sp.B Subs.BVE (K), menjelaskan pemeriksaan pembuluh darah menggunakan ultrasonografi (USG) dapat membantu dalam mendeteksi dini penyakit arteri perifer.
"Jika pasien memiliki faktor risiko, sebaiknya segera periksa semua pembuluh darah, terutama jika pernah mengalami stroke atau sakit jantung. Pembuluh darah lainnya mungkin sudah mengalami penebalan plak, jadi tidak ada salahnya untuk melakukan check-up," kata dr. Ihza dalam sebuah diskusi daring tentang penyakit arteri perifer di Jakarta.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menjelaskan penyakit arteri perifer dapat menyerang pembuluh darah tepi yang berada di leher, ginjal, usus, dan kaki. Pemeriksaan USG pembuluh darah dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi aliran darah pada pembuluh darah ginjal, leher, hingga ujung kaki.
Melalui hasil pemeriksaan tersebut, dokter dapat mengetahui ketebalan plak pada pembuluh darah dan mendiagnosis apakah pasien mengalami penyakit arteri perifer, yaitu tersumbatnya aliran darah ke tungkai atau tangan akibat penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung (arteri).
Selain bagi mereka yang pernah mengalami penyakit jantung dan stroke, dr. Ihza juga merekomendasikan pemeriksaan USG pembuluh darah bagi orang dengan risiko diabetes. "Jika sudah merasakan nyeri, pegal, apalagi dengan diabetes dan sakit jantung, sangat disarankan untuk memeriksa pembuluh darah lainnya seperti di kaki dan ginjal," ujarnya.
Jika hasil pemeriksaan USG menunjukkan adanya masalah pada pembuluh darah, dokter spesialis akan meresepkan obat-obatan serta pengaturan asupan nutrisi dan aktivitas olahraga yang diperlukan untuk mengontrol tekanan darah serta kadar gula dan kolesterol dalam darah.
Dr. Ihza menjelaskan pasien dengan penyakit arteri perifer yang merasakan nyeri terus-menerus mungkin memerlukan intervensi berupa pembedahan terbuka atau minimal invasif dengan endovaskular atau kateterisasi. "Bergantung pada indikasi tertentu, kami dapat melakukan tindakan kateterisasi, pemasangan balon, atau ring. Jika kondisinya terlalu berat, mungkin harus dilakukan operasi terbuka untuk memperbaiki pembuluh darah," jelasnya. (ant)