Kesehatan

Kenali Gejala Klinis Penderita Cacar Monyet

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
24 Agustus 2024 12:00
Kenali Gejala Klinis Penderita Cacar Monyet
Ilustrasi - Cacar Monyet atau Monkeypox.

JAKARTA - Dr. dr. Fitria Agustina Sp.D.V.E., FINSDV, FAADV, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menjelaskan bahwa ada gejala klinis khas yang sering ditemukan pada penderita cacar monyet atau Mpox.

Fitria mengungkapkan melalui pesan singkat pada Kamis bahwa berdasarkan laporan wabah tahun 2022, lesi dan ruam yang terjadi pada pasien Mpox umumnya muncul di area genital, anorektal, atau di dalam mulut, dan biasanya dimulai dari wajah. Ruam ini tidak selalu menyebar ke banyak area tubuh.

"Ruam mungkin hanya terbatas pada beberapa lesi atau bahkan satu lesi saja, dan tidak selalu muncul di telapak tangan atau telapak kaki," jelas Fitria. Fitria juga menambahkan lesi pada cacar monyet seringkali terasa nyeri, kecuali pada fase penyembuhan di mana pasien sering merasa gatal. Biasanya, lesi tersebut muncul bersamaan dalam berbagai stadium, yang disebut sebagai asinkron.

Lesi yang muncul di area genital juga dapat menyebabkan gejala pada rektal atau dubur, seperti keluarnya tinja yang bernanah atau berdarah, serta nyeri atau pendarahan di sekitar dubur. Fitria menambahkan bahwa meskipun cacar air dan cacar monyet sama-sama menyebabkan ruam, ruam pada cacar monyet lebih padat, dengan lepuhan berisi cairan yang akhirnya menjadi keropeng. Lesi pada cacar monyet biasanya lebih besar dan lebih seragam daripada cacar air, dan sering disertai dengan gejala demam tinggi, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening yang lebih dominan.

Cacar monyet biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Meskipun gejalanya tampak ringan, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius hingga kematian, terutama pada anak-anak, ibu hamil, dan pasien dengan gangguan sistem imun. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk infeksi sekunder, pneumonia, ensefalitis, infeksi kornea, hingga kehilangan penglihatan.

Menurut Fitria, pengobatan cacar monyet bersifat simtomatik, yang bertujuan untuk mengurangi gejala seperti demam dan nyeri. Vaksin yang digunakan untuk cacar (smallpox) juga dapat memberikan perlindungan terhadap cacar monyet. Berdasarkan data WHO tahun 2022, pemberian vaksin cacar monyet lebih difokuskan pada individu yang berisiko tinggi terpapar cacar monyet, seperti mereka yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu, tenaga kesehatan yang berisiko terpapar, petugas laboratorium, dan orang-orang yang memiliki kontak erat dalam waktu empat hari sejak paparan.

"Vaksinasi ini bertujuan untuk mencegah munculnya gejala atau meminimalkan keparahan penyakit. Penggunaan vaksin di Indonesia akan diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku," tutup Fitria. (ant)
 
 


Berita Lainnya