Kesehatan

Kenali Cacar Api yang Berisiko Tinggi pada Lansia Komorbid

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
26 Juli 2024 11:30
Kenali Cacar Api yang Berisiko Tinggi pada Lansia Komorbid
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. DR. dr. Samsuridjal Djauzi Sp.PD KAI FINASIM dalam konferensi pers Kenali Penyakit Herpes Zooster dan Pembaruan Jadwal Imunisasi Dewasa 2024 di Kantor PB PAPDI.

JAKARTA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi Sp.PD KAI FINASIM, mengungkapkan kelompok usia lanjut dan mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid merupakan kelompok berisiko tinggi terkena herpes zoster atau cacar api.

"Penyebabnya adalah reaktivasi virus varicella dari cacar air yang sudah ada di tubuh. Virus ini bisa aktif kembali karena faktor usia di atas 45 tahun, serta penurunan kekebalan tubuh akibat penyakit diabetes, jantung kronik, paru kronik, atau penggunaan obat kanker," jelas Samsuridjal dalam konferensi pers bertajuk "Kenali Penyakit Herpes Zoster dan Pembaruan Jadwal Imunisasi Dewasa 2024" di Kantor PB PAPDI.

Sebagai Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa PB Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Samsuridjal menjelaskan pada orang dewasa dengan penyakit komorbid seperti diabetes, risiko terkena herpes zoster meningkat sekitar 40 persen. Sedangkan penyakit jantung meningkatkan risiko sebesar 35 persen dan penyakit paru kronik sekitar 30 persen.

Selain itu, pasien kanker juga memiliki risiko dua kali lebih tinggi terkena herpes zoster karena penurunan imunitas akibat kemoterapi. Faktor risiko lainnya termasuk autoimun dan stres juga dapat memicu reaktivasi virus varicella menjadi herpes zoster. Dari segi jenis kelamin, sekitar 19 persen wanita menderita herpes zoster, karena kemungkinan memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah dibandingkan laki-laki.

Samsuridjal menjelaskan bahwa herpes zoster atau cacar api terjadi ketika virus yang tersimpan setelah infeksi cacar air menjadi aktif kembali. Meskipun cacar air telah sembuh, virus ini bersembunyi di dalam tubuh, terutama di ujung saraf. Pada orang dewasa yang belum pernah menderita cacar air, virus varicella bisa masuk ke tubuh namun ditenangkan oleh sistem imun, sehingga tidak menimbulkan sakit. Namun, dari 90 persen orang dewasa yang pernah terkena cacar air, sekitar 30 persen akan mengalami herpes zoster pada usia lanjut atau yang memiliki penyakit kronik.

Perbedaan antara cacar api dan cacar air terletak pada kondisi ruamnya. Pada cacar api, ruam terjadi di area persarafan tertentu seperti dada, perut, atau wajah dekat mata dan hanya terjadi di satu sisi tubuh. Nyeri pada cacar api bisa berlangsung hingga enam bulan pada tahap parah, dengan intensitas nyeri melebihi sakit karena melahirkan. “Rasanya seperti kesetrum listrik, rasa terbakar, dan tertusuk paku. Nyeri ini biasanya hilang dalam sekitar enam minggu, namun 25-30 persen penderita herpes zoster masih merasakan nyeri lebih dari enam bulan,” jelasnya.

Meskipun herpes zoster tidak menyebabkan kematian, penyakit ini sangat menurunkan kualitas hidup dan produktivitas penderita. Komplikasi serius dari herpes zoster bisa menyebabkan nyeri yang berlangsung satu hingga dua tahun, komplikasi pada mata, dan infeksi otak. Untuk pencegahan, Samsuridjal menyarankan untuk menjalani hidup sehat, makan makanan bergizi, mengatur pola makan, tidur cukup, hidup optimis, dan melakukan minimal empat vaksin untuk dewasa.

“Orang usia lanjut sekitar 60 tahun memerlukan empat vaksin utama, yaitu vaksin influenza, vaksin pneumokokus (yang ada yang seumur hidup dan ada yang lima tahun sekali), vaksin herpes zoster, dan vaksin respiratory syncytial virus atau RSV yang sedang didaftarkan ke BPOM,” katanya. (ant)
 
 


Berita Lainnya