Kesehatan
Dokter Sarankan Penderita Asma Kumur usai Gunakan Inhaler
JAKARTA - Dokter spesialis paru RSUD Cilicing, Dr. Agung Prasetyo, Sp.P, menyarankan pasien asma untuk berkumur setelah menggunakan inhaler untuk mencegah sariawan.
"Kumur setelah menggunakan alat pelega saluran nafas (inhaler) untuk mengeluarkan obat-obatan yang menempel di mulut dan tenggorokan sehingga menghindari sariawan," kata dia dalam seminar daring yang digelar Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam rangka memperingati Hari Asma Sedunia di Jakarta, Kamis. Agung menjelaskan bahwa saat obat dihirup dengan tujuan menuju paru-paru, ada kemungkinan sebagian obat akan menempel di mulut atau tenggorokan sehingga dapat memunculkan efek samping seperti sariawan.
"Inhaler saat dihirup, seketika pula langsung mencapai saluran napas, dalam hitungan detik. Jadi respons yang ditimbulkan dalam hitungan menit, lega," kata Agung. Dia menegaskan obat hirup tidak akan mempengaruhi jantung karena hanya sampai ke paru-paru saja, berbeda dengan obat minum yang masuk terlebih dahulu ke kerongkongan, lambung, dan usus, serta disebarkan melalui jantung ke ginjal dan dibuang melalui urine.
Agung juga menyebutkan bahwa obat inhalasi tidak menyebabkan ketergantungan seperti yang banyak dikhawatirkan orang, dan tidak akan menyebar ke jantung, liver, atau ginjal. Namun, inhaler memiliki kelemahan dari sisi harga yang lebih mahal karena adanya alat khusus. Tetapi, dengan skema BPJS melalui program rujuk balik, pemberian obat inhalasi dapat dilakukan dari puskesmas dengan pengambilan obat di apotek yang bekerja sama dengan program rujuk balik.
Asma adalah penyakit kronis pada saluran napas yang ditandai oleh peradangan dan penyempitan saluran napas. Pada pasien asma, saluran napas menjadi sensitif terhadap berbagai rangsangan seperti alergen, udara dingin, polusi udara, atau aktivitas fisik. Ketika terpapar oleh rangsangan tersebut, saluran napas mengalami peradangan yang menyebabkan pembengkakan dan produksi lendir berlebih, serta otot-otot di sekitar saluran napas menjadi lebih sempit. Akibatnya, aliran udara terbatas, mengakibatkan gejala seperti sesak napas, batuk, dan mengi.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang dirilis Kementerian Kesehatan, sebanyak 57,5 persen pasien asma di Indonesia masih berisiko mengalami serangan asma. (ant)