Kesehatan

Cuaca Ekstrem Perburuk Penyakit Eksim

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
16 Juli 2024 12:00
Cuaca Ekstrem Perburuk Penyakit Eksim
Warga berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4/2023).

JAKARTA - Dokter spesialis kulit dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski), Dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV, mengungkapkan  cuaca hujan atau kondisi lembab lainnya dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan.

“Selama cuaca hujan atau kondisi lembab lainnya, kulit cenderung menjadi lebih sensitif karena beberapa alasan fisiologis yang kompleks,” ujar Dr. Arini. Arini menjelaskan cuaca di kota seperti Jakarta belakangan ini tergolong ekstrem karena perubahan yang sangat cepat. Hal ini berdampak signifikan pada kesehatan kulit masyarakat.

Saat cuaca panas dan kering, kulit rentan mengalami dehidrasi dan sensitivitas tinggi, yang memperburuk kondisi seperti eksim dan psoriasis serta dapat mempercepat penuaan dengan munculnya garis halus dan hilangnya elastisitas kulit. Sebaliknya, hujan lebat dan tingkat kelembapan tinggi mendukung pertumbuhan jamur dan dapat memperparah jerawat karena produksi minyak berlebihan. Kelembapan tinggi juga dapat mengganggu fungsi lapisan pelindung kulit alami.

“Biasanya, lapisan pelindung kulit bertanggung jawab melindungi kulit dari iritasi dan agresi lingkungan. Ketika penghalang ini terganggu, kulit menjadi lebih rentan terhadap penetrasi bahan kimia, polutan, atau alergen dari udara dan lingkungan sekitar,” jelas Arini. Kelembapan tinggi juga dapat memperburuk kondisi kulit tertentu seperti eksim atau dermatitis kontak, menjadikan kulit lebih reaktif terhadap rangsangan yang biasanya tidak menyebabkan masalah pada kondisi kulit yang lebih stabil.

Selain itu, kelembapan tinggi mendukung pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri dan jamur di kulit, yang dapat menyebabkan infeksi atau peradangan. Sensitivitas kulit juga dapat meningkat akibat reaksi inflamasi yang lebih besar pada kondisi lembap. Sistem kekebalan tubuh kulit mungkin menjadi lebih aktif dalam merespons stimulus lingkungan, yang dapat menghasilkan reaksi seperti kemerahan, gatal, atau sensasi terbakar.

Untuk menjaga kulit tetap sehat baik saat cuaca lembab maupun kering, Arini menyarankan masyarakat untuk tetap menggunakan tabir surya (sunscreen) agar kulit tidak rusak akibat paparan langsung sinar matahari. Sinar UVA dapat menyebabkan penuaan dini serta peningkatan risiko kanker kulit, sedangkan UVB dapat menyebabkan kulit terbakar matahari, yang ditandai dengan kemerahan, peradangan, dan rasa panas pada kulit.

“Meskipun cuaca hujan sering kali membuat kita merasa aman dari paparan langsung sinar matahari, sinar ultraviolet (UV) masih tetap ada dan berpotensi merusak kulit kita. Sinar UV terdiri dari dua jenis utama, yaitu UVA dan UVB, yang memiliki efek yang berbeda namun sama-sama berbahaya bagi kulit,” tambahnya.

Arini juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai tanda-tanda infeksi kulit seperti kemerahan, bengkak, atau gatal yang intens, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika gejala tersebut muncul untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. (ant)

 


Berita Lainnya