Kesehatan

Cegah Terulangnya Stroke dengan Pengobatan Tradisional Ini

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
27 Mei 2024 12:00
Cegah Terulangnya Stroke dengan Pengobatan Tradisional Ini
Tangkapan layar Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr.(cand) dr. Inggrid Tania M.Si dalam diskusi mengenai pengobatan herbal jamu untuk diabetes dan stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Minggu (26/5/2024) (ANTARA/Fitra Ashari)

JAKARTA - Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Dr. (cand) dr. Inggrid Tania M.Si, menyatakan pengobatan dengan modalitas komplementer dapat diterapkan pada fase akut stroke, yaitu dari hari pertama hingga hari ketujuh.

“Selain pengobatan medis konvensional, akupunktur bisa diterapkan sejak hari pertama hingga hari ketujuh untuk memulihkan fungsi tubuh dan otak yang terkena. Penggunaan herbal juga bisa dimulai, tetapi harus berhati-hati selama fase akut,” ujar Inggrid dalam diskusi daring mengenai pengobatan herbal dan jamu untuk diabetes dan stroke, Minggu.

Inggrid menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menerapkan herbal pada fase akut stroke karena belum banyak penelitian yang mendukung efektivitas herbal Indonesia dalam fase ini. Sebaliknya, herbal dari China seperti astragalus dan salvia miltiorrhiza telah lebih banyak diteliti hingga uji klinis.

Menurut Inggrid, penelitian tentang herbal masih sangat terbatas sehingga perlu kehati-hatian agar penggunaan herbal dari Indonesia dapat memberikan manfaat dalam melindungi neuron, mendorong neurogenesis, neuroplastisitas, dan memelihara aliran darah. Penggunaan herbal pada fase 1-7 hari ini juga harus diawasi dengan cermat karena hasil uji klinis yang belum konsisten dan tidak signifikan dibandingkan dengan penggunaan plasebo. Risiko dan manfaat harus diperhitungkan dengan hati-hati.

“Herbal termasuk dari China, yang mengandung mineral seperti arsen dan raksa, juga harus digunakan dengan hati-hati, terutama ketika dikombinasikan dengan obat medis konvensional,” tambah Inggrid. Setelah fase kronik (lebih dari 6 bulan), akupunktur dan herbal menjadi lebih aman dan dapat mempercepat proses pemulihan.

Penggunaan herbal dari fase akut hingga kronis memiliki dua fungsi utama: meregulasi aliran darah dengan cara melebarkan pembuluh darah, menghambat trombosit, mengatur koagulasi, serta lipid darah dan kolesterol; serta melindungi otak dengan mekanisme antioksidan, anti kerusakan nitric oxide, anti-inflamasi pada neuron, melindungi neurovaskular, dan menjaga penghalang darah-otak.

Inggrid menekankan pengobatan tradisional komplementer belum terbukti lebih baik dari pengobatan konvensional, sehingga tidak boleh digunakan sebagai pengganti obat medis konvensional. “Namun, pengobatan ini tetap bermanfaat untuk mengelola faktor risiko stroke seperti hipertensi, menstabilkan gula darah dan lipid darah, sehingga dapat mencegah stroke dan mencegah terulangnya stroke, serta membantu dalam pemulihan,” jelasnya.

Pada pasien stroke, pengobatan herbal lebih diutamakan yang bersifat nutrisi penting, vitamin, mineral, dan zat antioksidan, karena sangat bermanfaat sebagai tambahan nutrisi untuk mendukung pemulihan secara holistik. “Herbal atau jamu dapat digunakan untuk pencegahan dan pemulihan stroke karena terkait dengan gaya hidup, termasuk diet gizi seimbang yang berbasis tanaman atau nabati,” kata Inggrid. (ant)
 
 


Berita Lainnya