Gaya Hidup

Waspadalah! Tubuh Kurang Gerak Jadi Biang Penyakit Jantung

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
27 Mei 2024 16:00
Waspadalah! Tubuh Kurang Gerak Jadi Biang Penyakit Jantung
Warga berolahraga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (26/5/2024).

JAKARTA - Kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi kalori berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida atau lemak dalam darah, yang berisiko menyebabkan penyakit serius seperti penyakit jantung.

"Pemicu utama di balik kenaikan trigliserida adalah konsumsi kalori berlebihan dan kurang bergerak," kata praktisi kesehatan Dr. Debora Aloina Ita Tarigan di Jakarta, Senin. Selain kurang bergerak, menurut Dr. Debora, faktor genetik juga dapat menyebabkan kadar trigliserida tidak normal.

Trigliserida adalah jenis lemak yang umum ditemukan dalam darah dan berfungsi untuk menyimpan kalori serta menyediakan energi bagi tubuh. Makanan menjadi sumber utama pembentuk lemak ini, dan jika seseorang makan lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh, kadar trigliserida akan meningkat. Untuk mengetahui kadar trigliserida, masyarakat bisa melakukan tes darah di klinik atau laboratorium. Darah akan diambil dari pembuluh di lengan.

Hasil tes akan lebih akurat jika pasien berpuasa selama 9-12 jam sebelum pengambilan darah, hanya minum air putih. Kadar trigliserida dianggap normal jika kurang dari 150 mg/dL, dianggap batas tinggi jika berada pada rentang 150-199 mg/dL, dan tinggi jika berada pada rentang 200-499 mg/dL.

Namun, menurut Dr. Debora, terkadang seseorang tidak merasakan gejala meskipun kadar trigliseridanya mencapai 1.000 hingga 2.000 mg/dL. Oleh karena itu, untuk menjaga kadar trigliserida tetap normal, dia menyarankan masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat, tidak malas bergerak agar tubuh tidak menyimpan lapisan lemak berlebih, serta rutin berolahraga untuk menjaga massa otot.

"Jika massa otot kuat dan terjaga, maka saat usia lanjut pun masih memungkinkan untuk tetap aktif bergerak," kata Dr. Debora, yang juga Medical Underwriter di Sequis. Merujuk data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 dari Kementerian Kesehatan, prevalensi penyakit jantung di Indonesia sekitar 1,9 persen, yang disebabkan oleh merokok, pola makan tidak sehat, dan kurang aktivitas fisik. (ant)
 
 


Berita Lainnya