Laporan Gaza

Sebuah Kesaksian Yang Mengerikan di RS Al Shifa Gaza

Redaksi — Satu Indonesia
14 November 2023 18:51
Sebuah Kesaksian Yang Mengerikan di RS Al Shifa Gaza
Pengendara melintas di depan mural solidaritas untuk Palestina di Depok, Jawa Barat, Jumat (10/11//2023). (Foto: ANTARA)

GAZA - "Saya mengungsi di RS Al-Shifa sekitar sejam lalu, dan kami menjadi tiga kali menjadi sasaran tank-tank Israel, yang menyebabkan korban jiwa," kata Joudat Al-Madhoun kepada Anadolu.

Dia mengisahkan situasi di dalam rumah sakit itu yang disebutnya lebih menantang ketimbang maut. "Tak ada kehidupan, air, tak ada listrik. Kami bertahan dengan beberapa kantung tepung yang ditinggalkan mereka yang pergi sebelum kami," kata Madhoun.

Dia mengaku baru saja makan setelah berpuasa dan menahan lapar selama 24 jam. "Ini situasi yang dirasakan semua yang mengungsi di dalam rumah sakit itu, dan makanan yang ada (saat ini )hanyalah kurma," kata dia.

Madhoun mengatakan aliran listrik sudah terputus total selama dua hari. 

Hanya di bagian  darurat yang sesekali dialiri listrik. Bagian ginjal sudah tidak berfungsi sehingga 20 pasien penyakit ginjal berisiko meninggal dunia jika tidak segera menjalani dialisis.

Madhoun juga mengatakan tentara Israel menyasar penampungan air yang memasok bagian ginjal.

"Setiap orang yang membutuhkan oksigen atau operasi kritis akan menghadapi risiko besar, karena tiadanya sumber pertolongan pertama di rumah sakit itu," kata Madhoun.

Dia mengungkapkan bayi-bayi prematur menghadapi situasi yang mengancam jiwa. Para staf harus memberikan pernapasan manual setelah mesin berhenti bekerja sehingga dua bayi malang meninggal dunia.

Madhoun menyebutkan jumlah orang yang mengungsi di bagian dia tinggal berkisar 700-800 orang. Semuanya mengalami kesulitan yang sama, kata dia.

"Ada sekitar 100 jenazah, yang sebagian besar pengungsi, di halaman rumah sakit dan selama tiga hari terakhir, kami berkoordinasi dengan Palang Merah untuk menguburkan mereka di halaman rumah sakit itu," kata Madhoun.

"Namun, kawasan tersebut berbahaya, dan tugas ini tampaknya mustahil,” sambung dia.

"Militer Israel membidik ambulans yang lewat, dengan  menggunakan bom gas dan asap serta tembakan dari penembak jitu, sampai-sampai kami terpaksa membagikan masker kepada mereka yang ada di sana," lanjut dia. (ant)

 


Berita Lainnya