GAZA - Perjanjian gencatan senjata di Gaza yang diikuti dengan pembebasan sandera oleh Hamas dan tahanan Palestina oleh Israel menjadi sorotan dunia. Namun, perhatian utama publik kini tertuju pada kondisi tahanan Palestina yang baru dibebaskan, yang menunjukkan tanda-tanda penyiksaan berat dan kelaparan parah.

Menurut laporan Al-Jazeera (Minggu, 2 Februari 2025), sebanyak 183 warga Palestina dibebaskan dari penjara Israel pada Sabtu (1/2/2025). Mereka terlihat keluar dengan pakaian tahanan abu-abu bernoda, memperlihatkan bekas luka serius seperti memar, patah tulang, infeksi kulit, dan gejala malnutrisi. Banyak dari mereka tiba di Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, Gaza, dalam kondisi lemah dan membutuhkan perawatan medis intensif.

Seorang juru bicara dari Masyarakat Tahanan Palestina mengungkapkan bahwa bukti kejahatan kemanusiaan ditemukan setiap kali ada tahanan yang dibebaskan. “Kami menemukan bukti penyiksaan fisik dan mental yang mengkhawatirkan, termasuk pemukulan brutal selama berhari-hari sebelum mereka dibebaskan, serta kelaparan sistematis yang menyebabkan malnutrisi akut,” ungkap pernyataan resmi mereka.

Lebih jauh, organisasi tersebut mengecam keras praktik kekerasan yang terjadi di penjara Israel terhadap para tahanan Palestina. Mereka juga mengungkapkan adanya ancaman serius terhadap para tahanan yang baru dibebaskan dan keluarga mereka. “Intimidasi ini bahkan mencakup larangan untuk mengadakan pesta penyambutan atau bentuk perayaan apa pun sebagai bentuk dukungan moral,” tambah perwakilan tersebut.

Perjanjian gencatan senjata ini menjadi momentum penting dalam krisis kemanusiaan di Gaza, namun kondisi para tahanan yang dibebaskan menunjukkan bahwa masih banyak pelanggaran hak asasi manusia yang perlu disorot oleh komunitas internasional. (mul)

#GazaUnderSiege #FreePalestine #HumanRightsViolations #CeasefireGaza #JusticeForPalestine #BreakingNews #GazaCrisis #StopTorture #PrisonersRights #MiddleEastConflict