Opini

Mengapa Kasus Disertasi Bahlil Lahadalia Harus Ditilik Lebih Dalam

Musni Umar — Satu Indonesia
17 hours ago
Mengapa Kasus Disertasi Bahlil Lahadalia Harus Ditilik Lebih Dalam
Musni Umar, Sosiolog, Cendekiawan Muslim dan Adjunct Professor AeU, Malaysia (Foto: Istimewa)

KASUS Bahlil Lahadalia memang memancing gelombang kritik, namun mari kita luruskan fakta. Kritik yang menyasar Bahlil soal masa studi yang cepat—kurang dari 2 tahun—dan tuduhan privilege dalam penulisan disertasinya seolah mengabaikan konteks dan prosedur akademik yang berlaku di Universitas Indonesia (UI). Seperti yang saya alami sendiri saat menempuh pendidikan doktor di Faculty of Social Sciences and Humanities UKM, penyelesaian studi yang cepat bukan berarti melewati standar kualitas, melainkan cermin dari keteguhan niat dan manajemen akademik yang efektif.

Pengalaman Akademik sebagai Pembanding

Dalam studi doktoral saya di UKM, meski diselesaikan dalam waktu 2 tahun lebih, setiap tahapan—dari kursus, penelitian, hingga viva—menjalani proses evaluasi ketat oleh para guru besar dan penguji eksternal. Ini membuktikan bahwa keberhasilan akademik cepat pun tetap melewati standar integritas dan kualitas penelitian. Penuntasan tesis dengan bimbingan dari supervisor profesional bukan berarti adanya pelanggaran integritas, melainkan hasil kerja keras dan efektivitas sistem akademik.

Polemik di UI: Antara Standar dan Opini Publik

Kritik publik terhadap disertasi Bahlil sering kali menyorot masa studi yang singkat dan anggapan adanya keistimewaan. Namun, kenyataannya adalah disertasi tersebut telah melalui pengujian ketat oleh para ahli, baik dari dalam maupun luar UI. Dalam konteks ini, pemanggilan untuk membatalkan disertasi dan memaksa penulisan ulang tampak sebagai respons emosional terhadap opini publik, bukan sebagai langkah akademik yang objektif. Lebih penting lagi, adanya keistimewaan atau privilege dalam proses bimbingan harus dipahami sebagai bagian dari dinamika manusiawi dalam lingkungan akademik, bukan sebagai sebuah kealpaan yang harus dihukum secara sepihak.

Reformasi Akademik: Apa yang Harus Diperbaiki di UI?

Daripada sekadar menyalahkan Bahlil, seharusnya kita mengarahkan perhatian kepada tata kelola akademik di UI. Dilema kasus ini seharusnya menjadi momentum untuk:

Merevisi Standar Masa Studi Doktor: Menetapkan masa studi minimal 4 tahun sebagai standar untuk menjamin kualitas lulusan doktor.
Meningkatkan Integritas Akademik: Memperbaiki sistem supervisi dan tata kelola penelitian di SKGS UI agar kasus serupa tidak terulang.
Opini ini bukan untuk membebaskan Bahlil dari kritik, namun mengajak kita untuk melihat lebih dalam mekanisme akademik dan proses penilaian yang berlaku. Bahlil, yang juga menjabat sebagai Menteri ESDM dan Ketua Umum Golkar, harus mendapatkan perlakuan yang adil berdasarkan bukti dan proses akademik yang transparan, bukan hanya opini negatif yang dibentuk oleh persepsi publik.

Relevansi Standar dan Kejujuran Akademik

Sanksi terhadap disertasi Bahlil sepertinya lebih merupakan reaksi atas tekanan opini publik daripada penilaian objektif atas kualitas penelitiannya. Keberhasilan studi cepat, bila didukung oleh proses evaluasi yang ketat, tidak seharusnya dijadikan alasan untuk mengurangi kredibilitas akademik. Ini merupakan panggilan untuk perbaikan sistem di UI agar integritas dan kualitas penelitian tetap terjaga.

Penulis adalah Sosiolog, Cendekiawan Muslim dan Adjunct Professor AeU, Malaysia


#BahlilLahadalia #DisertasiUI #IntegritasAkademik #ReformasiAkademik #StandarS3 #OpiniAkademik #UKM #UI


Berita Lainnya