Gaya Hidup

Kenali Diet Atlantik dan Manfaatnya yang Luar Biasa untuk Kesehatan

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
11 Februari 2024 17:30
Kenali Diet Atlantik dan Manfaatnya yang Luar Biasa untuk Kesehatan
Ilustrasi - Diet rendah karbohidrat. ANTARA/Shutterstock/am.

JAKARTA - Para peneliti telah menemukan Diet Atlantik, yang merupakan pola makan tradisional di Portugal dan Galisia (wilayah barat laut Spanyol), dapat membantu mengurangi risiko sindrom metabolik.

Sindrom metabolik, juga dikenal sebagai sindrom X atau resistensi insulin, terdiri dari sekelompok lima faktor risiko yang jika tidak ditangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, trigliserida tinggi, penumpukan lemak abdominal berlebihan, dan kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah (HDL).

Menurut laporan Medical Daily pada hari Sabtu, Diet Atlantik khas melibatkan konsumsi ikan dan makanan laut, bersama dengan makanan berbasis pati, buah-buahan kering, keju, susu, dan daging, serta anggur secara teratur.

Temuan dari studi baru ini didasarkan pada uji klinis acak selama 6 bulan antara tahun 2014 dan 2015 di A Estrada, Spanyol. Studi ini bertujuan untuk menyelidiki efek diet Atlantik tradisional terhadap kesehatan manusia, khususnya sindrom metabolik (MetS) dan keberlanjutan lingkungan. Hasil studi ini dipublikasikan dalam jurnal Jama Network.

Sebanyak 574 peserta berusia 3 hingga 85 tahun berpartisipasi dalam studi ini. Peserta dibagi secara acak dalam kelompok intervensi dan kontrol dengan rasio 1:1 menggunakan tabel nomor acak yang dihasilkan oleh komputer.

Dalam uji klinis ini, diet Atlantik yang digunakan melibatkan makanan musiman segar, lokal, dan minim diproses, termasuk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan minyak zaitun.

Semua peserta dinilai untuk asupan diet, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan variabel lainnya pada awal dan setelah enam bulan.

"Di antara 457 peserta tanpa MetS pada awal uji coba, 23 mengalami MetS selama enam bulan tindak lanjut di kelompok intervensi, sementara 17 di kelompok kontrol. Terjadi penurunan yang signifikan dalam kasus MetS insiden di kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol," tulis para peneliti.

Namun, studi ini mencatat kedua kelompok, baik intervensi maupun kontrol, mengalami penurunan jejak karbon tanpa perbedaan yang signifikan. "Temuan kami memberikan bukti penting tentang potensi diet tradisional dalam mempercepat kemajuan menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya mekanisme yang mendasari hasil yang diamati dan untuk menentukan generalisabilitas temuan ini ke populasi lain dengan mempertimbangkan variasi budaya dan diet di setiap wilayah," demikian kesimpulan para peneliti. (ant)
 
 
 

 


Berita Lainnya