Internasional

Indonesia Posisikan Diri Sebagai Mediator Perang

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
12 Juni 2024 08:00
Indonesia Posisikan Diri Sebagai Mediator Perang
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (kedua kanan) berbicara dalam sesi pembuka Oslo Forum di Norwegia pada Selasa (11/6/2024). (ANTARA/HO-Kemlu RI)

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membahas peran Indonesia sebagai mediator perdamaian di Oslo Forum, Norwegia, pada hari Selasa. Dalam sesi pembukaan, Retno berbagi panggung dengan Perdana Menteri Norwegia, Presiden Somalia, dan State Minister Qatar.

"Undangan untuk berpartisipasi dalam sesi pembukaan ini merupakan pengakuan atas peran aktif Indonesia dalam memajukan perdamaian internasional," kata Retno. Para panelis membahas tantangan yang dihadapi oleh mediator di tengah meningkatnya dan semakin kompleksnya konflik dan perang.

"Dalam diskusi tersebut, saya sampaikan bahwa tidak semua negara dapat menjadi mediator, tetapi semua dapat berkontribusi untuk menciptakan perdamaian dan situasi kondusif bagi perdamaian," ujar Retno. "Saya mengusulkan agar diskusinya diperluas, bukan hanya 'mediation against all odds' tetapi 'mediation and peace making against all odds'," tambahnya.

Retno menyoroti bahwa jumlah konflik dan perang terus meningkat setiap tahun. Sebagai contoh, tahun lalu tidak ada perang di Gaza, tetapi tahun ini lebih dari 36 ribu orang, yang separuhnya anak-anak, tewas di wilayah Palestina. "Upaya mencapai perdamaian tidak mudah. Terkadang, pihak yang berkonflik tidak ingin atau belum ingin berdamai. Mereka beranggapan bahwa berdamai berarti menyerah. Oleh karena itu, kita harus meyakinkan semua pihak, terutama yang berkonflik, untuk meninggalkan pendekatan zero sum game," kata Retno.

Ia menjelaskan sifat konflik semakin kompleks karena dipengaruhi oleh politik domestik dan rivalitas geopolitik. "Konflik biasanya dimulai karena perbedaan terhadap suatu isu. Namun, seiring waktu, sifatnya semakin kompleks karena dipengaruhi oleh politik domestik dan rivalitas geopolitik," ujar Retno.

Ia juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional dalam setiap upaya penyelesaian konflik. Retno menekankan pentingnya penguatan sistem multilateral untuk menciptakan perdamaian, mengingat sistem multilateral saat ini kurang efektif dalam menyelesaikan konflik.

"Kita memahami bahwa mediasi memerlukan waktu yang panjang. Sambil menunggu hasil mediasi, kita dapat melakukan banyak hal, contohnya untuk Palestina," kata Retno. Menurutnya, ada dua hal penting yang dapat dilakukan oleh dunia internasional, yaitu memperlancar bantuan kemanusiaan dan mempersiapkan Palestina untuk bernegara, termasuk pengakuan dan keanggotaan penuh di PBB.

"Dalam konteks ini, saya menyampaikan apresiasi kepada Norwegia yang telah memutuskan untuk mengakui Palestina pada 28 Mei lalu. Saat saya menyampaikan hal ini, hadirin yang hadir memberikan tepuk tangan," kata Retno. Oslo Forum adalah forum tahunan yang diselenggarakan oleh Norwegia, mengundang para mediator dan negosiator dari berbagai negara.

Tahun ini, forum tersebut mengangkat tema "Mediation Against All Odds" yang sangat relevan di tengah meningkatnya konflik dan perang di dunia, seperti di Gaza dan Ukraina. Tahun ini merupakan kali keempat Menlu RI diundang ke Oslo Forum, didasari oleh peran aktif Indonesia dalam isu-isu seperti Myanmar, Afghanistan, dan Palestina. (ant)
 
 


Berita Lainnya