Internasional

Doa Mengalir untuk Tentara AS Bakar Diri hingga Tewas Dukung Palestina Merdeka

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
27 Februari 2024 21:30
Doa Mengalir untuk Tentara AS Bakar Diri hingga Tewas Dukung Palestina Merdeka
Ilustrasi - Bakar diri.

WASHINGTON  - Ratusan orang berkumpul di kedutaan besar Israel di Washington, D.C., pada Senin malam untuk berdoa bersama untuk Aaron Bushnell, seorang tentara Amerika Serikat yang meninggal setelah membakar diri sebagai protes terhadap perang Israel di Gaza.

Banyak yang berharap bahwa kematian Bushnell, seorang perwira aktif Angkatan Udara AS berusia 25 tahun, dapat mengubah sikap Presiden AS Joe Biden yang mendukung perang tersebut.

Seorang wanita bernama Leah, seorang Amerika-Palestina yang tidak mau memberikan nama belakangnya, mengatakan kepada Anadolu bahwa dia hadir dalam acara tersebut "untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan terhadap mereka yang melakukan tindakan perlawanan ekstrem sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina dan rakyat kami."Ketika ditanya apakah kematian Bushnell dapat mengubah arah perang, dia menjawab, "itulah harapan."

Bushnell membakar dirinya di depan Kedutaan Besar Israel pada Minggu sore untuk memprotes perang di Gaza dan dukungan AS terhadap serangan tersebut. Dia dibawa ke rumah sakit tetapi meninggal karena luka-lukanya.

"Saya tidak akan lagi terlibat dalam genosida. Saya akan melakukan aksi protes ekstrem, namun jika dibandingkan dengan apa yang dialami rakyat Palestina di tangan penjajah, aksi tersebut tidak ekstrem sama sekali. Ini adalah apa yang diputuskan oleh kelas penguasa kita sebagai hal yang normal," kata Bushnell dalam rekaman video yang menjadi viral di media sosial.

Bushnell terdengar berteriak "Bebaskan Palestina!" sambil terbakar sebelum jatuh ke tanah. Acara berkabung atas kematian Bushnell di kedutaan besar menarik lebih dari 300 orang pada puncaknya. Pertemuan tersebut berlangsung selama lebih dari tiga jam dengan rata-rata lebih dari 100 orang hadir pada suatu waktu.

Josephine Guilbeau, mantan perwira intelijen Angkatan Darat, mengatakan kepada Anadolu bahwa dia terbang dari Ohio untuk menghadiri acara tersebut, karena dia yakin "kematian Bushnell tidak akan sia-sia."

"Pesannya perlu disampaikan. Dan kami perlu memastikan bahwa mendukung yang lainnya yang seperti Aaron, yang memiliki perasaan yang sama, karena bagaimana kita harus menghadapi genosida?" katanya.

“Kami belum pernah melihat hal ini sebelumnya dalam hidup kami, dan pemerintah kami hanya berharap rakyat Amerika akan menyaksikan kejadian ini selama lima bulan, tanpa mendapatkan masalah mental apa pun. Namun, tentu saja, ada masalah mental secara menyeluruh. Siapa pun yang memiliki akses ke Internet sedang menyaksikan genosida yang terjadi di zaman modern ini," tambah Guilbeau.

Jenny Rosemary, 22, warga Annandale, Virginia, mengatakan protes nekad Bushnell "adalah tindakan ekstrem, tetapi merupakan tindakan moralitas."

“Saya pikir kita semua harus berharap untuk menjadi seberani itu,” kata Rosemary. “Saya pikir untuk mencapai titik ini, ada banyak ketidaktahuan atas nama pemerintah AS… Mereka tidak mungkin melewatkan semua video penderitaan dan kematian orang-orang, Anda tahu, tapi saya ingin berpikir jika salah satu dari mereka, Anda tahu, seseorang yang bertugas di militer, hal itu diharapkan akan mengubah sesuatu." (ant)
 
 
 


Berita Lainnya