Gaya Hidup

Desainer Hian Tjen Hadirkan Busana Unik dengan Skill Jahitan Tingkat "Dewa"

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
28 Juli 2024 16:30
Desainer Hian Tjen Hadirkan Busana Unik dengan Skill Jahitan Tingkat "Dewa"
Koleksi Pitarah karya desainer Hian Tjen saat ditampilkan dalam acara JF3 2024 di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (26/7/2024).

JAKARTA - Desainer Indonesia Hian Tjen kembali memukau dengan menghadirkan paduan busana unik dari kain tenun lunggi (tenun songket Sambas) dengan teknik menjahit tingkat tinggi yang khas dalam acara festival mode JF3 2024.

"Tenun atau wastra dari daerah itu harus dipikirkan bagaimana supaya baju itu bisa menarik dan dibuat se-trendy mungkin. Ini adalah tantangan terbesar bagi seorang desainer," kata Hian saat ditemui dalam acara JF3 2024 di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Kali ini, Hian berkreasi dengan koleksi bertajuk "Pitarah," yang berarti nenek moyang. Koleksi ini menggunakan tenun lunggi sebagai material utama, yang memiliki ragam motif menarik, khususnya bentuk geometri dan bunga yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan motif yang menarik.

Dalam proses pembuatan koleksi "Pitarah," Hian menggunakan berbagai teknik menjahit tingkat tinggi untuk menghasilkan koleksi yang unik, elegan, dan tentunya dapat digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Teknik seperti draping, fabric cutting, colourwash, dan corsetry diaplikasikan oleh Hian untuk koleksi ini.

Koleksi "Pitarah" terdiri dari 11 tampilan, sebagian besar menggunakan material tenun lunggi, kain denim, dan material pendukung lainnya. Semua tampilan dalam koleksi ini dapat digunakan untuk acara nonformal, tetapi tetap memberikan kesan mewah dan elegan yang menjadi ciri khas Hian.

Salah satu tampilan menarik adalah atasan sabrina dari tenun lunggi yang dipadukan dengan rok panjang dari kain denim. Alih-alih terlihat monoton, Hian mengeksplorasi tenun lunggi menjadi sesuatu yang lebih modern dan terlihat "ringan" saat digunakan.

Selain menciptakan koleksi "Pitarah," Hian juga bekerja sama dengan Cita Tenun Indonesia (CTI), sebuah organisasi nirlaba pencinta wastra Nusantara, dalam program Pengembangan Tenun Sambas V yang didukung oleh Dekranasda Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Di tanah kelahirannya, Hian berbagi ilmu dan cerita dengan para perajin tenun. Dia menganggap bahwa pembuatan tenun lunggi dan gaun rancangannya memiliki persamaan, yaitu membutuhkan keahlian khusus, konsentrasi, kesabaran, dan waktu pembuatan yang cukup lama.

"Salah satu yang dilakukan CTI sudah benar dengan mengadakan penyuluhan bersama desainer ke daerah-daerah," kata Hian. "Tugas desainer adalah sebisa mungkin membuat koleksi yang menarik, sehingga orang tertarik untuk menggunakannya."

Koleksi "Pitarah" karya Hian Tjen dengan media tenun lunggi adalah koleksi terbatas dan dapat diperoleh langsung melalui Hian Tjen Atelier. Sementara material tenun lunggi garapan komunitas perajin Tenun Sambas Rantai Mawar, yang digunakan Hian untuk koleksi "Pitarah," dapat diperoleh melalui Galeri Cita Tenun Indonesia. (ant)
 


Berita Lainnya