Internasional
AS Bantah Beri Izin Israel untuk Invasi ke Rafah
WASHINGTON - Gedung Putih pada Kamis (18/4/2024) menyangkal telah memberikan Israel lampu hijau untuk menginvasi Kota Rafah di Gaza selatan sebagai imbalan agar Tel Aviv hanya melakukan pembalasan serangan secara "terbatas" terhadap Iran.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan kepada Anadolu secara anonim klaim tersebut "tidak benar" dan bukan sesuatu yang telah dibahas. Kantor berita al-Araby al-Jadeed yang berbasis di London melaporkan pemerintahan Biden memberikan persetujuan tersebut sebagai imbalan atas janji Israel untuk tidak melakukan pembalasan secara besar-besaran terhadap Iran atas serangan rudal balistik dan drone yang belum pernah terjadi sebelumnya pada akhir pekan lalu, dengan mengutip sumber Mesir yang tidak disebutkan namanya.
"Laporan tersebut tidak akurat," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional melalui surat elektronik. Teheran melakukan serangan semalaman terhadap Israel pada Sabtu (13/4) sebagai balasan atas serangan pada 1 April terhadap konsulatnya di Suriah yang menewaskan tujuh perwira militer Iran, termasuk dua komandan berpangkat tinggi Korps Garda Revolusi Islam untuk Suriah dan Lebanon.
Meski Israel secara resmi tidak mengakui bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi negara itu berulangkali menyerang target Iran di seluruh Suriah beberapa bulan belakangan. Sementara itu, AS menyangkal memiliki peran dalam serangan itu. Israel bersumpah untuk membalas serangan Iran. Teheran mengancam akan “mempertimbangkan kembali” doktrin nuklirnya pada Kamis jika Israel menyerang fasilitas nuklir Iran di tengah meningkatnya ketegangan antara dua musuh regional tersebut. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah berjanji untuk menginvasi Rafah di mana 1,5 juta warga Palestina berlindung dengan menjadi pengungsi selama lebih dari setengah tahun perang berjalan.
Pemerintahan Biden mengatakan tidak akan mendukung invasi yang tidak memperhitungkan dampak kemanusiaan yang akan terjadi, dan Gedung Putih, selama beberapa pekan, telah berupaya menjadwalkan pertemuan dengan delegasi Israel di Washington untuk memberikan alternatif. Sejauh ini, pertemuan hanya dilakukan secara virtual. Sejumlah laporan menyebutkan bahwa pertemuan virtual selanjutnya akan diadakan pada Kamis. (ant)