Opini

Lima Problema Mendasar Dunia Masa Kini.

Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi

Shamsi Ali — Satu Indonesia
01 Januari 2025 09:54
Lima Problema Mendasar Dunia Masa Kini.
Ustaz Shamsi Ali (Foto: Istimewa)

NEW YORK - Hari jumat keempat adalah jadwal saya menyampaikan khutbah Jumat bulanan di gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) New York. Khutbah di PBB New York adalah salah satu jadwal rutin (permanen) saya sejak tahun 1998 silam. Selain dihadiri oleh para pejabat yang hadir sidang di PBB, pegawai dan staf kantor PBB, juga pada umumnya diplomat negara-negara Muslim melaksanakan Jumatan di sana.


Sebagaimana biasanya saya memilih tema-tema yang berkaitan dengan isu-isu internasional dan yang bersifat “current issue” (isu-isu kekinian) yang berkaitan dengan dunia global. Kali ini saya memilih tema yang  menggambarkan keadaan dunia dan kehidupan manusia dalam setahun terakhir. Tema yang menggambarkan berbagai permasalahan mendasar yang dihadapi oleh manusia dan dunia masa kini. 


Tak disangkal lagi bahwa manusia dengan segala kemajuan materialnya sedang menghadapi permasalahan-permasalahan mendasar (foundational problems) yang sangat menantang dan kritis. Permasalahan-permasalahan itu tanpa disadari sesungguhnya yang dirasakan beban beratnya oleh manusia bahkan menjadikan hidup manusia berada pada ambang kehancurannya (on the brink of destruction). 


Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia dan kemanusiaan saat ini menyadarkan kita tentang Islam yang diyakini sebagai “al-hallu” (solusi) kehidupan. Bahwa Islam seharusnya tampil menjadi solusi dari ragam permasalahan itu. Karenanya selain perlu memahami berbagai permasalahan hidup seharusnya kita juga mampu menghadirkan Islam sebagai solusi. 


Lima permasalahan mendasar manusia.


Ada seribu satu permasalahan manusia dalam hidup ini. Dari kemiskinan, kelaparan, lingkungan hidup dan bencana alam, hingga kepada peperangan dan pembunuhan. Juga ketimpangan sosial dan perpecahan dan kebencian ras yang sangat mendalam Adam kehidupan manusia.


Namun saya akan menyampaikan lima permasalahan-permasalahan utama yang menjadi akar dari semua permasalahan yang ada.


Pertama, manusia masa kini mengalami “disorientasi” kehidupan. Manusia hidup tanpa memahami arah kehidupan yang sesungguhnya. Tidak tahu dari mana, untuk apa hadir di dunia ini, dan pada akhirnya akan kemana dari sini. Hilangnya orientasi kehidupan ini menjadikan manusia mengalami kelelahan yang sangat dalam menjalani kehidupannya. 


Di sinilah Islam harus hadir membawa petunjuk kehidupan dengan orientasi kehidupan yang jelas dan pasti. Disorientasi itulah yang dikenal dalam bahasa agama dengan “ad-dholalah” (kesesatan). Sebaliknya orientasi kehidupan itulah yang dikenal dengan “hidayah” (petunjuk). Hidayah itulah yang terangkum secara rinci dalam dua sumber utama ajaran Allah; Al-Qur’an dan as-Sunnah. 


Kedua, manusia saat ini sedang terjangkiti dua bentuk penyakit kronis yang sangat berbahaya. Kedua penyakit itu telah diingatkan oleh Allah sejak pertama kali Adam diturunkan ke atas bumi ini. “Jika suatu ketika datang dari Aku petunjukKu, maka barangsiapa yang mengikuti petunjukKu maka tiada rasa takut bagi mereka dan tiada pula rasa sedih”. 


Dua penyakit kronis ini; “ketakutan dan kesedihan” (al-khauf wal-hazn)  menjadi penyebab berbagai penyakit yang manusia rasakan saat ini. Hal itu karena hidup manusia memang ada di antara dua zona keadaan. Jika kedua zona itu tidak disikapi dengan “iman” yang benar akan melahirkan dua penyakit itu. Zona lalu akan melahirkan rasa sedih karena tidak sesuai dengan ekspektasi. Sementara zona esok akan melahirkan ketakutan karena memang tidak ada kepastian.


Maka Islam harus hadir dengan solusi. Tengoklah hari kemarin dengan rasa syukur. Seraya pandang hari esok dengan keyakinan dan tawakkal. Yakin bahwa segala hal ada dalam genggaman Allah, seraya sepenuh hati menggantung harapan pada Yang memiliki langit dan bumi.


Ketiga, manusia mengalami “pembelahan” yang dalam (deep division). Pembelahan manusia ini bisa dalam banyak hal. Salah satunya yang paling kronis saat ini adalah pembelahan manusia dalam ras (racial division). Ada  tendensi arogan yang disebut rasisme dan perasaan superioritas karena warna kulit (racial supremacy). Sejarah kolonisasi di negara-negara Afrika dan Asia juga tidak bisa dipisahkan dari adanya rasa superioritas bangsa-bangsa Eropa. 


Di sinilah harus Islam hadir kembali  menawarkan “kesatuan dalam keragaman” manusia. Bahwa manusia itu memang secara alami ragam. Tapi pada saat yang sama manusia berada dalam “kesatuan keluarga Universal” (Universal human family”. 


Sebagaimana difirmankan Allah: “Wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang lelaki dan seorang wanita, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang termulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa” (Al-Hujurat: 13). Rasulullah SAW kemudian menegaskan: “Ayah kalian itu satu. Semua kalian dari Adam dan Adam itu tercipta dari tanah”. 


Keempat, manusia saat ini sedang mengalami krisis moral, bahkan berada di ambang kehancuran moralitasnya. Moralitas itu adalah batas pembeda antara apa yang baik dan buruk. Dengan moralitas manusia membedakan dirinya dari makhluk Allah yang lain. 


Ketika manusia kehilangan pegangan moralitas maka mereka akan cenderung berperilaku hewani, bahkan lebih buruk dari hewan (ulaa ika kal-an'aami bal hum adhallu”. Apa yang kita saksikan saat ini adalah perilaku sosial manusia di mana moralitàs tidak lagi jadi tolak ukur. Ukuran kebaikan atau kejahatan ada pada “hawa nafsu dan egoisme” manusia.


Ketika tatanan moralitas hancur maka sesungguhnya kemanusiaan itu mengalami kehancuran. Sekuat apapun sebuah bangsa secara ekonomi, politik dan militer, jika moralitas telah hancur maka bangsa itu adalah bangsa yang sejatinya mengalami kehancuran. Segala fenomena menunjukkan bahwa manusia berada di ambang kehancuran itu.


Di sinilah Islam harus hadir membawa panduan nilai-nilai moralitas yang solid. Nilai-nilai moralitas itulah menjadi ukuran “kebaikan dan keburukan”. Dan itu ditentukan oleh “!Al-Furqan” atau pembeda kebenaran dan kebatilan. Itulah Al-Qur’an. 


Kelima, manusia mengalami gagal kontrol terhadap tendensi egoistik dan kerakusan. Berbagai kerusakan, termasuk peperangan dan pengrusakan lingkungan hidup sesungguhnya disebabkan oleh ego dan kerakusan yang tak terkontrol itu. 


Di sinilah Allah memberikan peringatan keras dan tegas di Surah An-Nazi’at: “Dan ingat ketika Ketukan besar itu telah tiba. Di kala itulah manusia akan ingat apa yang telah diperbuatnya. Maka barangsiapa yang melampaui batas dan lebih mementingkan kehidupan dunia maka nerakalah tempat kembalinya. Tapi barangsiapa yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat kembalinya”. 


Berbagai “jahim” (penderitaan) yang dialami oleh manusia saat ini disebabkan oleh kegagalan manusia dalam mengontrol ego dan hawa nafsu. Termasuk di dalamnya kerakusan duniawi (atsar al hayatu ad-dunya). Akibatnya bukan lagi halal-haram atau benar-salah yang menjadi pertimbangan. Tapi apa yang dikehendaki oleh ego dan hawa nafsunya. 


Itulah lima permasalahan-permasalahan mendasar  

yang sedang menimpa dunia dan kemanusiaan saat ini. Problema-problema mendasar ini yang menjadikan manusia kehilangan nilai kemanusiaannya. “Insaniyat” (kemanusiaan) manusia menjadi hampir saja sirna yang berakibat kepada perilaku-prilaku hewani yang hewan pun tidak akan melakukannya. Manusia menjadi kehilangan hati (heartless) dan rasa kemanusiaan (human sense). Karenanya manusia  semakin kejam, sadis dan beringas melebihi harimau di hutan belantara.


Apa yang kita saksikan di Gaza/Palestina, termasuk eksposur kekejaman rezim Assad di Suriah menjadi bukti-bukti hilangnya kemanusiaan manusia. Maka manusia kehilangan pijakan moral untuk dikategorikan manusia lagi. Bahkan boleh jadi apa yang disebutkan Al-Quran menjadi nyata. Bahwa ada manusia yang tidak lagi manusia secara hakikat. Walau secara fisik tampak seperti manusia. Tapi mereka bagaikan hewan bahkan lebih jahat dari hewan.


Di sinilah Islam harus hadir menjadi “salvation” (keselamatan) bagi manusia dan dunia dari kehancurannya. Islam harus kembali hadir sebagai solusi, sebagaimana kehadirannya sebagai penyelamat kehidupan di saat Rasulullah SAW pertama kali hadir di atas bumi ini. 


Runyamnya memang ketika mereka yang seharusnya membawa Islam sebagai solusi dan keselamatan, justeru menjadi bagian dari elemen penghancur dan perlu diselamatkan. Wal Iyadzu billah! 


Berita Lainnya