Opini

Jangan Cari Hidup di Muhammadiyah, Hidupi Perjuangannya!

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.

Ahmad Khozinudin SH — Satu Indonesia
10 hours ago
Jangan Cari Hidup di Muhammadiyah, Hidupi Perjuangannya!
Kh. Ahmad Dahlan sang pendiri Muhammadiyah yang selalu konsisten membersamai masyarakat dalam memberikan manfaat (Foto: Istimewa)

HARI INI, Muhammadiyah kembali menunjukkan keberpihakannya pada umat yang terzalimi. Lembaga Bantuan Hukum (LBH) PP Muhammadiyah menggelar buka bersama yang bukan sekadar ajang berbagi hidangan, melainkan juga konsolidasi perjuangan. Di tengah derasnya gelombang pragmatisme dan keberpihakan sejumlah elite pada kepentingan oligarki, Muhammadiyah tetap teguh di garda terdepan.

Ketika umat takut berbicara tentang ketidakadilan, Muhammadiyah hadir sebagai suara keberanian. Saat Siyono tewas di tangan Densus 88 tanpa proses peradilan, Muhammadiyah tak tinggal diam. Dalam berbagai kasus penindasan, dari isu terorisme hingga konflik agraria, Muhammadiyah terus membuktikan bahwa ia bukan hanya organisasi, melainkan gerakan yang hidup untuk membela rakyat.

Kini, agenda buka bersama LBH PP Muhammadiyah kembali menjadi medan perjuangan. Fokusnya adalah advokasi terhadap korban kezaliman proyek PIK-2 milik Aguan dan Anthony Salim. Acara ini mengundang korban, aktivis, serta mereka yang masih setia berjuang melawan hegemoni oligarki. Tujuannya jelas: memperkuat barisan perjuangan agar tidak tercerai-berai oleh godaan materi dan pragmatisme.

Kenyataannya, tak sedikit yang telah membelot. Mereka yang dulunya lantang melawan, kini justru menjadi kaki tangan oligarki. Sebagian aparat dan pejabat pun terlihat lebih berpihak pada kepentingan pemodal ketimbang rakyatnya sendiri. Inilah mengapa konsolidasi menjadi krusial: agar perjuangan tetap berlandaskan nilai, bukan sekadar transaksi ekonomi.

KH Ahmad Dahlan pernah berpesan, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Pesan ini relevan bagi siapa pun yang terlibat dalam perjuangan. Jangan menjadikan perlawanan terhadap oligarki sebagai komoditas untuk memperkaya diri. Jangan menjual narasi perjuangan demi keuntungan pribadi.

Maka, jika ada yang memilih meninggalkan perjuangan demi kepentingan diri sendiri, biarlah. Itu adalah berkah Ramadhan. Barisan yang bersih dari pengkhianat justru akan membuat perjuangan semakin kuat, fokus, dan tak terbebani oleh mereka yang hanya mencari cuan.

Muhammadiyah bukan sekadar institusi, tetapi semangat yang harus terus dihidupkan. Perjuangan melawan oligarki PIK-2 adalah ujian bagi kita semua: tetap teguh atau tergoda untuk menjual idealisme?

Pilihannya ada di tangan kita.

Penulis adalah Koordinator Tim Advokasi Melawan Oligarki Rakus Perampas Tanah Rakyat (TA-MOR-PTR)

#Muhammadiyah #PerlawananOligarki #JanganJadiPengkhianat


Berita Lainnya