JAKARTA - Calon gubernur Jakarta, M Ridwan Kamil atau Bang Emil, menyatakan kesiapan untuk menghadapi siapa pun lawannya dalam Pilkada Jakarta, dengan keyakinan  ia akan memenangkan kontestasi lima tahunan tersebut.

"Saya di Jakarta siap melawan dua, tiga, atau berapa pun lawannya," ujar Bang Emil saat berkunjung ke DPD Partai Demokrat di Jakarta, Jumat. Bang Emil menyampaikan dirinya telah memiliki banyak pengalaman dalam dunia politik, termasuk sebagai wali kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat.

Ia menjelaskan ketika mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bandung, terdapat delapan pasangan calon, namun ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut. Begitu pula saat Pilgub Jawa Barat, di mana ia menghadapi tiga pasangan calon lainnya, termasuk seorang jenderal purnawirawan, tetapi akhirnya ia dan pasangannya, Uu Ruzhanul Ulum, menduduki peringkat pertama.

"Saya pernah melawan jenderal dan menang. Dengan dukungan koalisi yang kuat saat ini, kami optimis," katanya. Bang Emil juga mengharapkan dukungan penuh dari para kader Partai Demokrat yang telah mengusungnya sebagai calon gubernur Jakarta bersama Suswono. Menurutnya, dukungan dari akar rumput adalah kunci kemenangan dalam kontestasi politik yang akan datang.

"Kampanye paling efektif adalah melalui silaturahmi. Meskipun melelahkan, ini adalah jalan yang harus ditempuh," tambahnya. Sebanyak 12 partai politik telah resmi menandatangani piagam dukungan untuk mengusung pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta 2024 pada Senin (18/8). Partai-partai tersebut termasuk Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Garuda, Partai Gelora, Partai Perindo, dan Partai Persatuan Pembangunan.

Koalisi yang dinamai Koalisi Jakarta Baru untuk Jakarta Maju ini menyatakan dukungan penuh bagi Bang Emil. Dalam deklarasinya, Bang Emil juga menyampaikan beberapa solusi teknis untuk mengatasi masalah-masalah seperti banjir dan polusi udara di Jakarta, serta isu-isu lainnya seperti polusi, mobilitas yang tidak produktif, dan jarak antara tempat tinggal dan tempat kerja yang terlalu jauh. (ant)