Pilkada 2024
Ragukan Hasil Survei PIC, Eko Tantang Buka-bukaan di Depan Wartawan
JAKARTA - Praktisi Political Branding Eko Satiya Hushada mengundang Direktur Eksekutif Prisma Insight Center (PIC) Arif Maulana, untuk mengkritisi temuan survei yang dirilis PIC, Jumat (27/9/2024). Eko mengaku ragu dengan hasil survei itu, karena beberapa temuan survei yang dilakukan lembaga survei lainnya, menyatakan pasangan Rudy Mas’ud - Seno Aji unggul dari pasangan Isran Noor - Hadi Mulyadi. PIC justru sebaliknya, dengan jarak elektabilitas yang jauh.
“Prinsipnya, sepanjang survei itu dilakukan dalam waktu yang sama atau tidak terlalu lama jarak waktunya, itu hasilnya relatif sama. Kalaupun ada perbedaan, itu palingan masih di ambang angka Margin of Error (MoE),” kata Eko kepada media, Selasa (1/10/2024).
Diketahui, PIC mengirimkan press release ke sejumlah media lokal dan nasional, mengenai temuan survei yang dilaksanakan pada tanggal 18-26 September 2024. Dalam press releasenya, Arif Maulana mengatakan, pasangan Isran Noor dan Hadi Mulyadi unggul atas pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji. Isran Noor-Hadi Mulyadi diprediksi meraih 63,2 persen suara, jauh di atas pasangan Rudy Mas'ud-Seno Aji yang hanya mendapatkan 26,3 persen. Sementara ada 10,5 persen pemilih yang belum menentukan pilihan.
Menanggapi temuan survei PIC ini, Eko mengaku kaget dengan elektabilitas yang terlalu jauh berbeda dengan temuan survei lembaga survei lainnya. “Kalau orang Jawa bilang, ngono yo ojo ngono,” ujar Eko.
Eko juga mempertanyakan temuan survei PIC lainnya, yang tidak disertakan dalam press releasenya. Padahal di awal, Arif Maulana mengatakan, survei mengukur beberapa aspek penting dalam dinamika politik di Kalimantan Timur. Pertama, partisipasi politik pemilih; kedua, kepercayaan terhadap lembaga negara dan demokrasi; ketiga, persepsi tentang kepemimpinan; keempat, preferensi politik dalam Pilkada 2024; kelima, perilaku digital; serta keenam, isu strategis dan agenda ke depan. Namun data temuannya tidak disajikan.
“Kenapa hanya elektabilitas? Press releasenya terlalu dangkal,” kata Eko.
Direktur Eksekutif Brand Politika ini juga mempertanyakan soal waktu pelaksanaan survei. PIC menjelaskan, periode survei adalah 18-26 September 2024. Sementara tanggal 27 September 2024, temuan survei sudah dirilis.
“Terlalu cepat jarak antara selesai wawancara dengan rilis hasil survei. Padahal seharusnya, selesai wawancara, ada proses cleaning data, spot check, input data ke SPSS, analisa data hingga pembuatan laporan. Ini kok sehari kemudian bisa langsung sajikan hasil survei,” tanya Eko.
Ia juga berupaya mencari alamat kantor PIC, yang tidak dapat ditemukan di internet. Eko mengaku tidak menemukan website lembaga survei tersebut. Bahkan, PIC tidak terdaftar sebagai organisasi lembaga survei, salah satunya Persepi, dimana Eko bergabung di organisasi ini.
“Tadi saya tanya Sekjen Persepi, apakah PIC anggota Persepi, ternyata tidak. Jadi saya bingung, ini PIC ini siapa? saya cari di internet, berita-berita mungkin sebelumnya pernah rilis hasil survei, ya tidak ditemukan juga,” kata Eko.
Eko yang juga mantan wartawan itu mengimbau media berita agar lebih berhati-hati dalam mempublikasikan temuan survei, terlebih di musim pilkada seperti saat ini. Jangan sampai diperalat oleh lembaga survei fiktif, yang tiba-tiba muncul untuk kepentingan salah satu pasangan calon.
“Saya selalu ajak wartawan untuk belajar membaca hasil survei, mengkritisi hasil survei. Tujuannya, selain untuk mengkritisi hasil survei, menggali lebih dalam temuan survei, ya juga untuk menghindari ini lembaga survei fiktif. Jangan sampai jadi alat,” tegas Eko, mantan pemimpin redaksi Harian Indopos, Jakarta, itu.
Untuk menjawab semua keraguan itu, Eko mengajak direktur PIC untuk buka-bukaan hasil survei di depan wartawan. Bisa dilakukan di Jakarta atau di Kaltim. “Ayo, silahkan, kapan kita mau buka-bukaan hasil survei PIC?!” tantang Eko. (sa)