Nasional

Puncak Kemarau Terik Terjadi Pada Oktober 2023

Redaksi — Satu Indonesia
03 Oktober 2023 16:19
Puncak Kemarau Terik Terjadi Pada Oktober 2023
ILUSTRASI - Pemuda pelopor dari Komunitas Pemuda Tani Lare Terbis memperbaiki kincir angin yang dibuatnya di Desa Baregbeg, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (2/10/2023) (Foto: Antara)

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan puncak kemarau terik di Indonesia yang menyebabkan suhu panas ekstrem diprediksi mencapai puncak pada Oktober 2023. 

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan saat kondisi normal musim kemarau terjadi pada Juni sampai Agustus, namun akibat pengaruh El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) bergeser ke Oktober. 

"Sekarang El Nino positif dan IOD juga positif, keduanya mencapai puncak sekitar Oktober 2023," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (03/10/23).

Kedua fenomena osilasi suhu air permukaan laut--El Nino di Samudera Pasifik dan IOD di sebelah barat Samudra Hindia--menyebabkan negara yang terletak di garis khatulistiwa seperti Indonesia merasakan dampak cukup masif.

 Beberapa daerah di Indonesia yang diprediksi mengalami suhu panas ekstrem, di antaranya Kota Surabaya dengan suhu tertinggi diprediksi mencapai 43 derajat Celcius, Kota Semarang mencapai 40 derajat Celcius, dan Jakarta dengan suku udara maksimum 37 derajat Celcius pada pertengahan Oktober 2023.

 Eddy menjelaskan semua uap air dan awan hujan ditarik ke arah utara dan barat karena pusat tekanan rendah berada di Samudra Pasifik dan sebelah barat Samudra Hindia tempat terjadinya El Nino dan IOD. 

Kondisi itu membuat Indonesia yang terletak di antara kedua fenomena tersebut mengalami musim kering yang cenderung panjang.

 "Saya berharap Oktober 2023 adalah akhir dari cerita kemarau terik. El Nino dan IOD diprediksi menuju fase netral pada akhir Februari atau awal Maret 2024," ucapnya.

Sementara itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan Cilacap adalah daerah yang saat ini mengalami kekeringan ekstrim karena lebih dari 60 hari tidak hujan.

Wilayah yang mengalami kekeringan ekstrim di Cilacap, diantaranya Kecamatan Majenang, Wanareja, Cimanggu, Cipari, dan Karangpucung, sedangkan wilayah lainnya masuk kategori menengah hingga sangat panjang atau 11-60 hari tidak hujan.(ant)


Berita Lainnya