JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyebut informasi soal manfaat nyamuk ber-Wolbachia perlu digencarkan sehingga dapat menjadi penyaring dari isu-isu menyesatkan.
"Saya kira, kita perlu terus menggencarkan informasi dari sisi keamanan dan melakukan filtering terhadap isu-isu yang kontraproduktif terhadap upaya kita untuk menangani masalah penyakit ini yang cukup memakan korban di Indonesia," ujar Muhadjir dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Pemanfaatan bakteri Wolbachia belakangan menjadi temuan baru yang dapat digunakan untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti penyebab kasus demam berdarah dangue (DBD).
Bakteri Wolbachia diketahui merupakan bakteri alami yang banyak ditemui pada berbagai jenis serangga. Melalui riset ilmiah yang dilakukan oleh para peneliti World Mosquito Program (WMP), bakteri Wolbachia yang disuntikkan ke nyamuk mampu mencegah replikasi virus dengue yang menjadi sumber penyakit DBD.
Muhadjir mengapresiasi seluruh jajaran tim peneliti pemanfaatan nyamuk yang memiliki bakteri Wolbachia yang telah berupaya keras selama 12 tahun dalam melakukan uji coba saintifik hingga empat fase yang mengambil lokus di Yogyakarta.
Muhadjir juga mendukung penuh implementasi pemanfaatan bakteri baik ini agar dapat digunakan untuk masyarakat.
"Penyebarluasan informasi perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat percaya dengan hasil kajian ilmiah yang telah dilakukan," kata dia.
Muhadjir meminta pemerintah daerah untuk dapat membantu menyosialisasikan informasi mengenai manfaat baik bakteri Wolbachia kepada masyarakatnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Kemenko PMK terbuka untuk menerima permohonan bantuan jika diperlukan upaya koordinasi teknis lebih lanjut yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah.
Guru Besar IPB University Damayanti Buchori mengatakan hasil kajian analisis risiko terhadap pelepasan nyamuk Aedes Aegypti yang mengandung Wolbachia disimpulkan bahwa kemungkinan atau konsekuensi munculnya dampak buruk terhadap ekologi, standar kesehatan, efektifitas kontrol populasi nyamuk, serta sosial ekonomi masyarakat dapat diabaikan.
Namun demikian, menurut Damayanti, monitoring dan evaluasi tetap akan dilakukan untuk menghindari risiko yang akan muncul.
"Pengawasan ini penting sehingga dapat mendeteksi dan tanggap terhadap risiko apapun yang muncul atau jika ada di kemudian hari. Memastikan regulasi lokal juga perlu dilakukan karena berkaitan dengan keamanan hayati di masing-masing wilayah," katanya. (ant)