Olahraga

Lima Kata untuk Rizki Juniansyah: Luar Biasa Hebat Sungguh Menakjubkan

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
09 Agustus 2024 18:00
Lima Kata untuk Rizki Juniansyah: Luar Biasa Hebat Sungguh Menakjubkan
Lifter Indonesia Rizki Juniansyah melakukan angkatan clean and jerk dalam kelas 73 kg putra Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024). Rizki meraih medali emas setelah berhasil meraih total angkatan 354 kilogram sehingga menduduki peringkat pertama dari 12 lifter yang turut serta dalam nomor tersebut.

JAKARTA - Lima kata yang menggambarkan Rizki Juniansyah: luar biasa hebat, sungguh menakjubkan. Atlet muda ini mempersembahkan medali emas kedua untuk Indonesia dalam Olimpiade Paris 2024 setelah menjuarai kelas 73kg putra di South Paris Arena 6, Prancis, pada Kamis malam waktu setempat atau Jumat dini hari WIB.

Rizki, yang lahir di Serang, Banten pada 17 Juni 2003, menjadi atlet Indonesia ke-15 yang meraih medali emas di Olimpiade. Ia juga menjadikan angkat besi sebagai cabang olahraga ketiga yang berhasil mempersembahkan medali emas Olimpiade bagi Indonesia, setelah bulu tangkis dan panjat tebing.

Prestasinya membuat "Indonesia Raya" kembali berkumandang di arena angkat besi setelah 24 tahun lamanya, di mana para seniornya berjuang keras untuk mencapai hal tersebut dalam enam Olimpiade sebelumnya. Sejak Olimpiade Sydney 2000, angkat besi telah memiliki tradisi menyumbangkan medali untuk Indonesia. Saat itu, Indonesia meraih satu medali perak dari Raema Lisa Rumbewas dan dua medali perunggu dari Sri Indriyani dan Winarni, yang semuanya merupakan lifter putri. Medali-medali tersebut melengkapi emas yang diperoleh ganda putra bulu tangkis, Tony Gunawan/Candra Wijaya, serta dua medali perak yang diraih tunggal putri Minarti Timur dan tunggal putra Hendrawan.

Sejak saat itu, angkat besi tak pernah absen memberikan medali bagi Indonesia. Lifter Eko Yuli Irawan setia menyumbangkan medali dari empat Olimpiade, mulai dari Beijing 2008 hingga Tokyo 2020. Sayangnya, perjuangan heroik Eko pada Olimpiade kelimanya di Paris beberapa hari lalu terhalang oleh cedera, sehingga ia tidak berhasil naik podium.

Namun, kegagalan Eko membuka jalan bagi babak baru dalam sejarah angkat besi Indonesia. Setelah 24 tahun meraih medali perak dan perunggu, akhirnya cabang olahraga ini sukses mempersembahkan medali emas. Rizki Juniansyah, yang masih berusia 21 tahun, berhasil menciptakan tonggak sejarah ini dengan cara yang fenomenal. Bukan hanya meraih medali emas, Rizki juga mencatat rekor Olimpiade untuk angkatan clean & jerk dengan beban 199 kg, menjadikannya total angkatan 354 kg—angka tertinggi di antara para pesaingnya.

Tak ada lifter lain yang mampu melampaui angkatannya dalam clean & jerk dengan barbel seberat 199 kg. Yang luar biasa, ia melakukan ini pada kesempatan kedua, setelah menambah beban delapan kilogram dari percobaan pertamanya. Dalam angkatan snatch, Rizki mencatat 155 kg, setelah gagal mengangkat beban 162 kg pada kesempatan ketiga. Angkatan snatch ini sempat membuatnya tertinggal dari lifter China, Shi Zhiyong, yang mencatat 165 kg.

Selain Rizki, lifter Kolombia Luis Mosquera juga berhasil mengangkat beban 155 kg pada angkatan snatch, sehingga mereka bertiga bersaing ketat untuk memperebutkan emas di kelas 73kg putra. Namun, baik Zhiyong maupun Mosquera gagal dalam semua tiga kesempatan mereka masing-masing pada angkatan clean & jerk, sementara Rizki berhasil.

Pada angkatan clean & jerk, Rizki mendapatkan perlawanan ketat dari lifter Thailand, Weeraphon Wichuma, yang masih berusia 19 tahun. Weeraphon hanya berselisih satu kilogram dari Rizki, dengan total angkatan 198 kg yang sekaligus menciptakan rekor dunia junior clean & jerk 73kg putra. Weeraphon akhirnya meraih medali perak dengan total angkatan 346 kg, sementara medali perunggu diraih oleh Bozhidar Dimitrov Andreev dari Bulgaria dengan total angkatan 344 kg.

Keberhasilan Rizki di Olimpiade Paris 2024 sebenarnya sudah terlihat sejak lama. Ia memenangkan medali emas di Piala Dunia 2024 di Phuket, Thailand, serta medali perak dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2022 di Bogota, Kolombia. Ia juga meraih medali emas di kelas yang sama pada Islamic Solidarity Games 2021 di Konya, Turki, serta di Kejuaraan Dunia Angkat Besi Junior 2021 di Tashkent, Uzbekistan, dan setahun kemudian di Heraklion, Yunani.

Dengan sederet prestasi tersebut, tak heran jika Rizki menjadi sosok yang ditakuti oleh lawan-lawannya di arena angkat besi Olimpiade 2024 di South Paris Arena 6. Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, pernah menyebut bahwa Rizki sudah lama menjadi perbincangan di dunia angkat besi dan sangat ditakuti oleh lawan-lawannya karena ia memegang rekor dunia 73kg putra dengan total angkatan 365 kg pada Piala Dunia 2024 di Phuket, Thailand.

Ketua Umum PB PABSI, Rosan Roeslani, juga menggambarkan Rizki sebagai atlet yang sangat bersemangat. PB PABSI sendiri sangat memperhatikan perkembangan dan potensi atlet-atletnya, termasuk Rizki. Rizki, bersama Eko Yuli Irawan dan Nurul Akmal, menjalani pemusatan latihan di Montpellier selama tiga pekan sebelum Olimpiade Paris untuk mempersiapkan diri jauh dari keramaian kota Paris. Selain faktor teknis, PB PABSI juga memperhatikan asupan gizi dan kondisi psikologis para atlet agar mereka dapat tampil maksimal di kompetisi.

Menurut Rosan, yang juga mantan duta besar Indonesia untuk AS dan mantan ketua Kadin, faktor mental sangat penting dalam Olimpiade, terutama untuk Rizki yang masih muda. Jerih payah tersebut akhirnya membuahkan hasil manis dengan perolehan medali emas kedua Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Medali ini diraih pada hari yang sama ketika atlet panjat tebing Veddriq Leonardo meraih emas di nomor speed putra.

Keberhasilan Rizki juga memberikan harapan cerah bagi Indonesia di Olimpiade-Olimpiade berikutnya. Debutnya di Olimpiade terjadi pada usia 21 tahun, atau tiga tahun lebih lambat dari Eko Yuli Irawan yang memulai debut Olimpiadenya pada usia 19 tahun di 2008. Jika Eko, yang masih berkompetisi di usia 35 tahun, dijadikan patokan, maka Rizki masih memiliki setidaknya 14 tahun atau tiga Olimpiade lagi untuk terus meraih prestasi emas seperti sekarang.

Di Olimpiade Paris ini, Indonesia masih berpeluang menambah medali, terutama dari kelas +81kg putri yang akan diwakili oleh Nurul Akmal pada Sabtu pukul 16.30 WIB. Tiga tahun lalu di Olimpiade Tokyo 2020, Nurul finis di peringkat kelima dalam kelas +87kg putri. Kini, ia berusaha meraih sukses di kelas +81kg putri, yang selama ini didominasi oleh Li Wenwen dari China.

Meski harus menghadapi tantangan berat, Nurul tetap berpeluang mengikuti jejak Rizki Juniansyah dan melanjutkan tradisi lifter putri yang selalu menyumbangkan medali untuk Indonesia sejak Olimpiade Sydney 2000. (ant)
 
 


Berita Lainnya