Nasional

Layanan Infertilitas Belur Rata, Kemenkes Upayakan Ini

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
09 Maret 2024 14:30
Layanan Infertilitas Belur Rata, Kemenkes Upayakan Ini
Ketua Tim Kerja Teknologi Kesehatan Direktorat Tata Kelola Kesehatan Kementerian Kesehatan dr. Wiwi Ambarwati MKM dalam diskusi kesehatan tentang infertilitas di Jakarta, Kamis (7/3/2024)

JAKARTA - Ketua Tim Kerja Teknologi Kesehatan Direktorat Tata Kelola Kesehatan Kementerian Kesehatan, dr. Wiwi Ambarwati MKM, mengungkapkan niatnya untuk mendorong kerja sama antara dokter kandungan di daerah dengan rumah sakit di kota besar guna meningkatkan pelayanan terhadap pasien yang mengalami infertilitas.

"Meskipun jumlah rumah sakit di daerah terbatas, mereka dapat mengembangkan kerja sama dengan rumah sakit lain, sehingga dokter di daerah dapat bekerja sama dengan dokter atau rumah sakit di kota besar yang memiliki layanan teknologi reproduksi berbantu (TRB/bayi tabung) untuk pasien yang membutuhkan layanan tersebut," ujar Wiwi dalam sebuah diskusi kesehatan tentang infertilitas di Jakarta, Kamis.

Wiwi menyebutkan  masih banyak masyarakat yang belum memiliki akses informasi dan pelayanan terkait infertilitas karena sebaran dokter yang belum merata di daerah. Dokter yang mampu menangani kasus infertilitas masih terpusat di kota besar, sehingga banyak pasangan yang tidak menyadari mereka mengalami ketidaksuburan.

Data dari Kemenkes menunjukkan sekitar 10 persen pasangan usia subur mengalami kesulitan memiliki anak atau infertilitas karena layanan yang minim di daerah mereka. Selain informasi yang kurang memadai, banyak masyarakat di kota besar juga memilih berobat ke luar negeri untuk mendapatkan layanan infertilitas karena biaya layanan bayi tabung di Indonesia masih cukup tinggi.

"Pelayanan bayi tabung masih relatif mahal bagi masyarakat karena bahan obat-obatan masih impor dan pajaknya cukup tinggi. Di negara lain, pajaknya lebih rendah sehingga lebih murah. Pelayanan teknologi di Indonesia sebenarnya tidak kalah," jelas Wiwi.

Di luar negeri, informasi tentang klinik infertilitas lebih mudah ditemukan melalui situs web yang menyediakan informasi mengenai kondisi pasangan yang mengalami ketidaksuburan. Namun, tingginya tingkat keberhasilan bayi tabung di luar negeri tidak lepas dari praktik donor rahim atau donor sperma yang tidak dapat diterapkan di Indonesia karena memperhatikan asas Etika, Legal, Sosial, dan Isu (ELSI).

Wiwi mengapresiasi Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI) yang telah mengembangkan informasi tentang infertilitas berbasis situs web yang mudah diakses oleh masyarakat. Ia berharap situs web yang dikembangkan ini memberikan manfaat besar bagi masyarakat dan dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang masih kurang peduli terhadap kondisi infertilitas. (ant)
 
 
 
 


Berita Lainnya