Nasional

Hujan Cenderung Awet, Begini Penjelasan BRIN

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
14 Maret 2024 18:00
Hujan Cenderung Awet, Begini Penjelasan BRIN
Tangkapan layar - Citra satelit yang dipublikasikan BMKG menunjukkan bibit siklon tropis 91S dan 91B terpantau di sekitar wilayah Indonesia, Senin (8/5/2023).

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan hujan yang terus menerus terjadi dipicu oleh vorteks (091S) yang berubah menjadi bibit siklon 18S dan cenderung bergerak lambat karena tekanan rendah di timur yang kini telah menjadi dua vorteks.

Periset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, melalui akun media sosialnya yang dikutip di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa bibit siklon tropis itu bergerak lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia. Hal ini telah memicu hujan yang kuat dan pembentukan badai squall line yang menyebabkan hujan persisten berhari-hari, bahkan intensitas hujan bisa mencapai tingkat ekstrem yang disertai dengan angin kencang.

Erma juga menyebutkan bahwa pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) telah menyebabkan hujan deras persisten di Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan persisten ini dipicu oleh squall line yang merupakan efek dari vorteks.

Dia juga mengingatkan agar wilayah Semarang dan Kupang waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut. Kemunculan bibit siklon 91S yang berada di Samudera Hindia bagian tenggara, tepatnya sebelah barat daya Banten telah menimbulkan hujan di Banten dan Jabodetabek. Fenomena ini mengingatkan akan penyebab banjir besar Jakarta pada tahun 2002, karena vorteks telah menyebabkan hujan dini yang persisten selama berhari-hari di Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia. Bibit siklon tropis 91S yang berada di sebelah tenggara Samudera Hindia memiliki kecepatan angin maksimum 25-35 knots dan tekanan udara minimum 997 hPa bergerak ke arah tenggara menjauhi wilayah Indonesia.

Selain itu, bibit Siklon Tropis 94S terpantau di Laut Timor bagian selatan, tenggara Nusa Tenggara Timur dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1000 hPa bergerak ke arah timur. Bibit Siklon Tropis 93P juga terpantau di Teluk Carpentaria, bagian timur laut Australia, Tenggara Papua dengan kecepatan angin maksimum 15-20 knots dan tekanan udara minimum 1004 hPa bergerak ke arah timur hingga tenggara. Kemunculan tiga bibit siklon tropis sekaligus ini yang menyebabkan cuaca basah masih menyelimuti Indonesia. (ant)
 
 
 
 


Berita Lainnya