Otomotif

Ahli Ungkap Manfaat Kendaraan Bioetanol yang Tak Disangka-sangka

Dani Tri Wahyudi — Satu Indonesia
08 September 2024 10:30
Ahli Ungkap Manfaat Kendaraan Bioetanol yang Tak Disangka-sangka
Kijang Innova hybrid yang menggunakan energi bioetanol pada area fasilitas manufaktur Toyota di Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/9/2024).

JAKARTA - Ahli Proses Konversi Biomassa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ronny Purwadi, menjelaskan alasan mengapa kendaraan berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT), khususnya bioetanol, dapat menjadi pilihan yang efektif untuk mengurangi emisi.

"Gas rumah kaca harus dibatasi agar bumi tidak semakin panas, oleh karena itu penggunaan bahan bakar fosil harus dikurangi. Untuk menjaga stabilitas pasokan energi, diperlukan energi baru yang siklusnya lebih cepat, seperti EBT," ujar Ronny dalam diskusi media di fasilitas manufaktur Toyota di Karawang, Jawa Barat.

Ia menambahkan bahwa EBT tersedia dalam berbagai bentuk, namun sektor transportasi masih menjadi pengguna bahan bakar fosil terbesar. Di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan berbagai upaya untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, termasuk dengan mempromosikan biodiesel berbasis minyak sawit. Namun, Ronny menyebut bahwa bioetanol, yang lebih relevan bagi kendaraan berbahan bakar bensin, juga perlu diperhatikan.

"Meski kita punya banyak EBT seperti geotermal, energi nuklir, dan energi surya, mengapa biofuel penting? Karena mayoritas kendaraan kita masih menggunakan bensin. Jika kita ingin menggantinya dengan kendaraan listrik (EV), berarti semua mobil harus diganti, yang tentunya tidak praktis," jelasnya.

Bioetanol menawarkan banyak manfaat, termasuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Salah satu kelebihan bioetanol adalah kemampuannya untuk digunakan pada kendaraan yang saat ini menggunakan bensin, sehingga tidak memerlukan penggantian kendaraan secara menyeluruh.

Selain itu, bioetanol dapat diproduksi dari limbah organik dan mendukung perekonomian dengan menciptakan lapangan kerja baru. Dengan perkembangan teknologi, diharapkan bioetanol dapat menjadi solusi yang lebih luas dan efektif dalam menghadapi tantangan energi dan perubahan iklim di Indonesia.

"Biofuel yang kita kembangkan harus tetap kompatibel dengan kendaraan yang ada sekarang. Salah satu cara menggantikan bensin adalah dengan menggunakan bioetanol," tambahnya. Bioetanol, yang dihasilkan dari bahan baku seperti gula dan pati, memiliki energi lebih tinggi dibandingkan bensin. Meskipun bisa diproduksi dari bahan pangan maupun non-pangan seperti jagung dan singkong, produksinya di Indonesia masih terbatas.

Saat ini, bioetanol baru digunakan sebagai campuran E05 di Jakarta dan Surabaya, sementara kebutuhan bensin nasional mencapai 29 juta kiloliter per tahun. Produksi bioetanol di Indonesia yang baru mencapai 34.500 kiloliter masih jauh dari mencukupi, sehingga diperlukan percepatan pengembangan untuk memenuhi target energi terbarukan pemerintah. (ant)


Berita Lainnya